Senin, 09 Agustus 2010

PUISI - Peluh Tak Terbalas

Selama waktu berjanji untuk terus berputar...
Setiap pertemuan selalu ditemani bayangan akan perpisahan...
Selama waktu berjanji untuk terus berputar...
Detik yang ada tak akan cukup untuk memuaskan dahaga kebersamaan...

Demi waktu, yang dengannya setiap momen terasa berharga....
Dan demi waktu, yang tanpanya setiap perjumpaan tak akan ada artinya...

Tak pernah terkira bahwa kami akan kehilangan seorang pribadi...
Pribadi yang sudi merenta dalam merajut jalan keemasan kami...
Pribadi yang sudi menua dengan kesusahan yang mulia...
Pribadi yang kukuh dalam menganggunkan akhlak secara utuh...
Serta pribadi yang menorehkan kesahajaan dalam hati yang lapar akan pengertian...

Tak sedikit suka duka yang telah kita lalui...
Yang menjadikannya hiasan apik bagi indahnya hari ini...
Hanya panjatan doa yang dapat kami beri...
Agar engkau selalu sehat dan diridhoi...

Engkau dengan segala usahamu…
Bak peluh yang tak terbalas bagi kami…
Sungguh besar segala dedikasimu…
Sehingga tak mungkin kami membalas kembali…

Guruku, yang tuturnya senantiasa membangun asa dalam jiwaku...

Mungkin...
Benderangnya sinar lampu yang menerpa pipiku siang ini...
Tak cukup terang untuk menyinari hatiku yang mendung karena kau harus pergi...

Mungkin...
Saat kusuarakan tulisan ini dengan lisanku...
Adalah saat-saat terakhir kita bertemu...
Saat-saat terakhir kulihat wajahmu...
Dan saat-saat terakhir ragaku menjadi hangat lantaran senyummu...

Sungguh...
Tangan ini tak rela untuk melepasmu...

Namun...
Tangan ini pun tak kuasa untuk menahanmu...

Maka...
Guruku, yang dengan kelembutannya menghaluskan kekerasan dalam pikiranku...
Ada yang ingin kami sampaikan ditengah keharuan yang tak tertahan...

"Terima kasih guruku...
Sekalipun kau telah pergi...
Namamu akan selalu terpatri di sanubari kami...

Terima kasih guruku...
Tak akan ada yang sepertimu."


Jakarta, 14 Juli 2010

Amadeo D. Basfiansa