Sabtu, 24 Juli 2010

Words for Today

Wajarkanlah segala cacian namun seraplah semua laksana oksigen, yang tidak selalu kita perhatikan tapi senantiasa kita hirup.

Renungkanlah segalanya, lalu bangkitlah dan katakan, "I'm great and I'm always fine".

Mohon cari seorang saja pribadi besar yang mampu memperolah kebesarannya yang abadi itu, tanpa sedikitpun merasa sakit ketika menginjak kerikil-kerikil tajam yang kemudian membimbingnya menuju jalur yang benar dari kebintangannya. Lakukanlah, agar kau beruntung. (ADB)

Words for Today

Pribadi yang hebat adalah yang "sensitif".

Ia mampu menerima kritik bukan sebagai alasan baginya untuk berhenti, ia menyerap cercaan bukan sebagai pendorong untuk mengakhirkan, dan ia mampu melihat dirinya seperti tempayan yang dibuat oleh amatir. (ADB)

Words for Today

Sebaik-baik orang ialah ia yang berfikir sebelum berbicara, dan bertindak sebelum menimbang. (ADB)

Words for Today

Kalimat-kalimat yang terdengarnya merendahkan, sesunguhnya adalah lantunan peringatan yang merdu daripada yang mungkin kita dapat bila kita mengabaikannya, dan membiarkan alam memperingatkan dengan lebih keras. (ADB)

Words for Today

Cara terbaik untuk memulai adalah dengan memulai. Dan waktu, dengan senyum penuh kasihnya membantu kita dalam perjalanan kita untuk menyelesaikan yang telah kita mulai, dengan cara mempercepat dirinya agar kita tidak berlama-lama dalam penantian.

Karena "lama" adalah anggapan dari mereka yang belum sampai. (ADB)

Words for Today

Kebohongan yang memang perlu, bagi mereka yang taat, sesungguhnya adalah pemberian kesempatan kedua yang teramat berharga. (ADB)

Words for Today

Keyakinan adalah garam yang harus selalu ditaburi dalam setiap racikan perbuatan dan rencana, dalam perjalanan menuju kebintangan kita. (ADB)

Titled Words for Today - YOUR LIFE IS THE MOST INTERESTING CHANNEL

"Your Life is the Most Interesting Channel"

Judul ini menjadi tidak asing lagi sejak banyak media memunculkannya. Agak lucu memang, karena saya selalu merasa aneh tiap kali membaca slogan ini. Tapi, memang dari sanalah asal inspirasi saya. So enjoy, relaks, and absorb.

Saat Matahari mulai kembali ke peraguannya, hanya bulan yang tidak tahu apa yang terjadi di siang hari. Berlaku layaknya sebagian manusia, bulan itu sebenarnya telah merugi karena ia tidak tahu bahwa daur kemunculannya - yang hanya sekitar 10 jam - telah membuatnya kehilangan begitu banyak kejadian bermakna di siang hari.

Jika hidup kita adalah saluran terbaik, maka kitalah produser, sutradara, dan juga semua kru yang terlibat dalam pembentukan saluran tersebut.
Jika hidup kita adalah saluran terbaik, maka sudah sepantasnyalah kita menyajikan tayangan terbaik bagi pemirsa yang "memirsai" kita.
Jika hidup kita adalah saluran terbaik, sampai kapan kita akan menghabiskan masa tayangnya dengan tampilan kejadian yang tidak pantas? Tidak pantas untuk gelar terbaik?

Anehnya, begitu banyak hal yang mampu kita jadikan perbaikan kualitas hidup sehingga kita jarang melakukannya. Namun akan saya kerucutkan hingga ke beberapa hal yang menurut saya penting. Perhatikan ya, ini logis sekali. Kalau hidup kita itu saluran televisi, maka yang menikmati adalah? Orang lain.

Tapi, siapa yang paling berbahagia? Produser, sutradara, dan kru lain karena semakin banyak mereka ditonton, semakin besar pendapatan mereka. Jadi, bahagiakanlah orang lain karena itulah sumber kebahagiaan. Dan kebahagiaan adalah faktor terhebat dalam pembuktian baiknya kualitas hidup.

Lihatlah dengan jelas.

Seorang peneliti gajah yang baik, tidak akan menghasilkan karya optimal bila ia hanya melihat gajah dari mukanya saja. Seekor burung, yang dengan liarnya menyerang tiap orang yang lewat, sesungguhnya dengan halusnya me-nina bobo-kan keempat anaknya yang cukup lemah untuk mencari makan sendiri. Seekor mangsa, yang hanya mengawasi pemburunya dari depan tidak akan menyadari bahwa teman pemburu itu siap menyerang dari belakang.

Lihatlah dengan jelas.

Tidak perlu memimpin sebuah perusahaan besar untuk mengetahui bahwa dalam membangun sebuah visi diperlukan keyakinan yang mendalam. Keyakinan adalah langkah pertama yang menyusun seribu langkah kepemimpinan berikutnya. Ibarat kapal, keyakinan adalah dermaga tempatnya berlabuh dan mengingat mengapa ia harus berlayar.

Karena kegagalan adalah tanda akan adanya jaminan keberhasilan. Dan...iman, adalah nama dari keyakinannya. Iman dan keyakinan, adalah dua kata yang saling melengkapi. Namun beda tingkatannya bagi mereka yang menyadari. Keyakinan adalah garam yang harus selalu ditaburi dalam setiap racikan perbuatan dan rencana kita.

Tapi....mengapa harus begitu?

Because...

"Your Life is the Most Interesting Channel".

(ADB)

Words for Today

Keyakinan adalah langkah pertama yang menyusun seribu langkah kepemimpinan berikutnya. Ibarat kapal, keyakinan adalah dermaga tempatnya berlabuh dan mengingat mengapa ia harus berlayar.

Karena kegagalan, adalah tanda akan adanya jaminan keberhasilan. Dan...iman, adalah nama dari keyakinannya. (ADB)

Words for Today

Kegelisahan adalah pertanda kecil bahwa yang kita lakukan itu tidak benar. Maka, janganlah ikuti sebagian mereka yang berusaha untuk membiasakan diri dalam kegelisahan tersebut. Untuknya, hati ada sebagai penentu praktis dari sebabnya.

Karena hakikatnya, kita adalah makhluk tertinggi yang diembankan tugas untuk mencapai tempat-tempat tertinggi dengan cara-cara yang meninggikan. (ADB)

Words for Today

Dunia adalah wadah tempat kita menampung perilaku kita. Karenanya, kehidupan adalah nama lainnya.

Kehidupan adalah senjata yang tak pernah berhenti menembak. Oleh karena itu, kesabaran adalah tameng terkuat.

Dunia adalah gunung es yang membekukan. Dengannya, ilmu pengetahuan adalah yang menghangatkannya.
Kehidupan adalah laksana punggung yang amat dekat namun tak terlihat. Hingga, kesadaran adalah cermin yang memperlihatkannya secara jelas pada kita.

Ia - Dunia - adalah sebuah mekanisme yang amat teliti hingga mur terkecilpun amat besar dampaknya. Puncaknya, hanya yang sadar dan paham akan mur-mur tersebutlah yang akan memenangkan kehidupan. (ADB)

Words for Today

Penyesalan yang mendalam seringkali menjadi kunci terbaik bagi terbukanya pintu tindakan yang benar. Maka, jadikanlah yang menyedihkanmu sebagai sumber kekhawatiran yang menjadikanmu bertindak sempurna. (ADB)

Words for Today

Kebenaran yang sering dipalsukan dengan benih-benih kesenangan sementara, nantinya akan menimbulkan riak-riak penyesalan yang lambat tapi pasti memakan sekumpulan dampak baik yang seharusnya bisa didapat bila yang buruk itu tidak dilakukan.

Dan semua itu akan bertambah buruk ketika semuanya kembali berbalik dan menyerang layaknya sekumpulan lebah yang marah. (ADB)

Words for Today

Terkadang Ia menaruh kita pada keadaan yang tidak menggambarkan kenyamanan, bahkan terkadang Ia menaruh kita pada keadaan yang pantas direndahkan bagi orang lain.

Itu semua hanyalah untuk menyadarkan kita bahwa ketika kita tidak memiliki apa-apa lagi, dengan senyum penuh kasih Ia ada untuk selalu mengangkat kita.

Namun percayalah, upaya yang perlu kita keluarkan tiap kali kita berada dalam masa itu akan selalu bertambah berat dibandingkan sebelumnya. Karenanya, jangan sekali-kali kita menunggu hingga sumbu dinamit itu menjadi pendek sebelum melepasnya. (ADB)

Words for Today

Janganlah kau mengikuti air, yang kerjanya hanya mencari tempat yang lebih rendah, agar nantinya ia bisa diam dengan tenang. Tapi ikutilah uap air, yang merupakan hasil dari air yang telah merasakan "panasnya" kerja keras, dan mampu mencapai tempat tertinggi sebagai hadiah upayanya.

Puncaknya, ia menggunakan kewenangannya untuk memberi berkah-Nya kepada makhluk-makhluk kekeringan yang memohon di bawah sana. Memberikan kesenangan tanpa memperdulikan dirinya yang mungkin akan hilang karenanya.

Ketahuilah bahwa, membahagiakan orang adalah salah satu bentuk kebahagiaan yang tertinggi. (ADB)

Words for Today

Kita hanya sebahagia yang kita pikirkan. Karenanya, telah jelas bahwa kebahagiaan yang mampu mengalahkan kebahagiaan sementara yang tidak sementara penyesalannya itu berasal dari anugerah-Nya yang terindah.

Mereka yang mampu selamanya bahagia - walaupun melewati jalan masuk yang sulit dan lama - bahkan dalam masalah, sesungguhnya telah mendapatkan fungsi terbaik dari akalnya. (ADB)

Words for Today

Mereka yang sering tertunda dari pekerjaannya adalah mereka yang seringkali khawatir akan apa yang sebenarnya tidak mampu bagi mereka untuk mereka kerjakan, sehingga mereka melupakan hal-hal penting yang seharusnya telah mereka kerjakan untuk mencapai hasil yang lebih nyata. (ADB)

Words for Today

Perbuatan baik itu tidak memerlukan alasan. Karena kebaikan itu sendiri adalah alasan. Ia tidak menuntut hukum, karena kebaikan itu sendiri adalah sebab dan karena kebaikan itu sendiri adalah akibat. (ADB)

Words for Today

Penggunaan terbaik dari waktu adalah kesenangan dari tiap detil pelaksanaannya. (ADB)

Words for Today

Keberhasilan dan kegagalan adalah dua sisi dari sebuah koin yang sama. Maka percayalah, tiap kali kita melakukan hal-hal yang menjauhkan kita dari kelayakan mendapatkan keberhasilan, sesungguhnya kita telah mendekati kegagalan. (ADB)

Words for Today

Kesalahan yang dibuat oleh mereka yang pada akhirnya mengakhirkan suatu pekerjaan adalah mereka memikirkan kegagalan, bukan mengalaminya. (ADB)

Words for Today

Gemilangnya suatu hasil merupakan serpihan kecil dari sebuah kemuliaan yang besar dari sebuah proses, bila kita mengerti. (ADB)

Words for Today

Tidak akan ada yang sanggup mengalahkan kejujuran sebagai penentu terbaik dari indahnya kualitas hidup seseorang. (ADB)

Words for Today

Ada dua karunia-Nya yang membuat manusia sanggup bertahan di atas alam.

Tekad yang mampu membuat kita menjadi lebih keras dari zat apapun di dunia ini, dan hati yang tulus, yang mampu melunakkan zat terkeras tersebut. (ADB)

Words for Today

Kesempatan tidak datang pada mereka yang menunggu. Ia datang pada mereka yang mencari. (ADB)

Words for Today

Tak ubahnya bel yang selalu berbunyi tatkala kita melakukan kesalahan, kegagalan adalah pengingat bagi salahnya cara yang kita tempuh dalam perjalanan kita menuju kesuksesan.

Kegagalan itu akan senantiasa menjadi sahabat terbaik, bagi mereka yang menyadari. (ADB)

Words for Today

Ilmu itu ibarat pedang. Penggunaan ilmu layaknya orang yang memakai pedang tersebut. Ia tidak akan berdaya tanpanya. (ADB)

Words for Today

Ia yang pantas disetujui adalah ia yang meyakinkan dan mampu berdamai dengan dirinya. Ia mampu mengatasi dunia karena ia telah memegang handle dunia, kunci untuk mengerjakan segala sesuatu tanpa risiko sesal yang besar, yaitu senyum penuh kasih karena mereka bahagia. (ADB)

Titled Words for Today - YOUR SMILE IS YOUR GREATEST WEAPON

Mereka yang tersenyum kala hal buruk menimpa mereka, adalah mereka yang sadar bahwa jika ia tidak dapat diberikan kebahagiaan pada saat itu, ia akan berlari ke arah lain dan mampu menciptakan kebahagiaan itu sendiri. Ia menjadikan hidupnya berharga. (ADB)

Words for Today - Your Smile is Your Greatest Weapon

Sunday, June 21, 2009 at 5:24pm
Your Smile is Your Greatest Weapon.

Dalam kehidupan kita, seringkali kita bertemu dengan orang-orang yang unik. Salah satunya, pernahkah Anda bertemu dengan orang yang setiap hari tersenyum? Yang setiap kali ia berbicara dengan orang lain, apapun topiknya ia tersenyum? Dan hanya terlihat mulai berhenti ketika tidak ada orang disekitarnya? Jika Anda tidak, saya pernah.

Tepatnya ada sekitar 4 orang yang saya temui dalam hidup saya yang wajahnya seperti itu. Satu hal yang menjadi kesamaan dalam diri mereka selain wajah mereka yang selalu menunjukkan rona harapan ialah hal yang paling tidak dinanti dari mereka adalah kemarahan mereka.

Lucu, ya? Ketakutan saya untuk mengecewakan dan membuat mereka marah jauh lebih besar ketimbang terhadap orang yang melewati hari-hari mereka dengan wajah cemberut.

Your Smile is Your Greatest Weapon.

Pernah saya tuliskan di WFT lalu bahwa orang yang mengerti itu mukanya tercerahkan. Sekarang akan saya kaji lebih lanjut apa yang dimaksud tercerahkan. Pernah melihat pekerja pabrik yang kerjanya hanya melihat papan berjalan saja hingga ia kelaparan? Apa ekspresi wajahnya ketika ia tahu sekarang saatnya istirahat atau pulang?

Tercerahkan. Itu karena kita mengerti dan bahagia.

Mereka yang mudah tersenyum itu karena mereka sulit menemukan alasan untuk tidak tersenyum. Dan pribadi-pribadi besar itu berperilaku besar dengan tidak tersulut amarahnya oleh serangan orang kecil.

Dunia itu ada untuk menjadi tester bagi mereka yang ingin naik. Teknisnya, ia memberikan kita apa yang tidak kita inginkan. Maka sungguh, mereka yang dicadangkan oleh Tuhannya untuk menjadi pribadi besar akan berlaku besar. Ia memerangi dunia dengan senjata terbaiknya, senyum.

Perhatikan ya, bila senyumnya orang yang tersenyum itu karena mereka tercerahkan, mereka akan berusaha menjadikan dirinya disetujui. Berapa banyak orang yang dengan senyum palsunya kemudian merasa sedih karena usulan mereka ditolak? Sekalipun mereka melakukannya dengan senyum?

Dan bagaimana dengan pribadi-pribadi besar yang tetap tersenyum sekalipun mereka menemui kegagalan karena mereka tahu dan yakin, cara terbaik Tuhannya untuk meyakinkan dia, bahwa cara-cara yang dipakainya itu tidak akan mencemerlangkan pencapaiannya, adalah dengan menggagalkan rencananya?

Ia yang pantas disetujui adalah ia yang meyakinkan dan mampu berdamai dengan dirinya. Ia mampu mengatasi dunia karena ia telah memegang handle dunia, kunci untuk mengerjakan segala sesuatu tanpa risiko sesal yang besar, yaitu senyum penuh kasih karena mereka bahagia.

Mereka yang tersenyum kala hal buruk menimpa mereka, adalah mereka yang sadar bahwa jika ia tidak dapat diberikan kebahagiaan pada saat itu, ia akan berlari ke arah lain dan mampu menciptakan kebahagiaan itu sendiri. Ia menjadikan hidupnya berharga.

Di saat itu, ia telah memenangkan pertarungan terhadap kehidupan, yang berperan sebagai sebaik-baik lawan.

Your Smile is Your Greatest Weapon.

(ADB)

Titled Words for Today - YOUR SMILE IS YOUR GREATEST WEAPON

Mereka yang tersenyum kala hal buruk menimpa mereka, adalah mereka yang sadar bahwa jika ia tidak dapat diberikan kebahagiaan pada saat itu, ia akan berlari ke arah lain dan mampu menciptakan kebahagiaan itu sendiri. Ia menjadikan hidupnya berharga. (ADB)

Words for Today - Your Smile is Your Greatest Weapon

Sunday, June 21, 2009 at 5:24pm
Your Smile is Your Greatest Weapon.

Dalam kehidupan kita, seringkali kita bertemu dengan orang-orang yang unik. Salah satunya, pernahkah Anda bertemu dengan orang yang setiap hari tersenyum? Yang setiap kali ia berbicara dengan orang lain, apapun topiknya ia tersenyum? Dan hanya terlihat mulai berhenti ketika tidak ada orang disekitarnya? Jika Anda tidak, saya pernah.

Tepatnya ada sekitar 4 orang yang saya temui dalam hidup saya yang wajahnya seperti itu. Satu hal yang menjadi kesamaan dalam diri mereka selain wajah mereka yang selalu menunjukkan rona harapan ialah hal yang paling tidak dinanti dari mereka adalah kemarahan mereka.

Lucu, ya? Ketakutan saya untuk mengecewakan dan membuat mereka marah jauh lebih besar ketimbang terhadap orang yang melewati hari-hari mereka dengan wajah cemberut.

Your Smile is Your Greatest Weapon.

Pernah saya tuliskan di WFT lalu bahwa orang yang mengerti itu mukanya tercerahkan. Sekarang akan saya kaji lebih lanjut apa yang dimaksud tercerahkan. Pernah melihat pekerja pabrik yang kerjanya hanya melihat papan berjalan saja hingga ia kelaparan? Apa ekspresi wajahnya ketika ia tahu sekarang saatnya istirahat atau pulang?

Tercerahkan. Itu karena kita mengerti dan bahagia.

Mereka yang mudah tersenyum itu karena mereka sulit menemukan alasan untuk tidak tersenyum. Dan pribadi-pribadi besar itu berperilaku besar dengan tidak tersulut amarahnya oleh serangan orang kecil.

Dunia itu ada untuk menjadi tester bagi mereka yang ingin naik. Teknisnya, ia memberikan kita apa yang tidak kita inginkan. Maka sungguh, mereka yang dicadangkan oleh Tuhannya untuk menjadi pribadi besar akan berlaku besar. Ia memerangi dunia dengan senjata terbaiknya, senyum.

Perhatikan ya, bila senyumnya orang yang tersenyum itu karena mereka tercerahkan, mereka akan berusaha menjadikan dirinya disetujui. Berapa banyak orang yang dengan senyum palsunya kemudian merasa sedih karena usulan mereka ditolak? Sekalipun mereka melakukannya dengan senyum?

Dan bagaimana dengan pribadi-pribadi besar yang tetap tersenyum sekalipun mereka menemui kegagalan karena mereka tahu dan yakin, cara terbaik Tuhannya untuk meyakinkan dia, bahwa cara-cara yang dipakainya itu tidak akan mencemerlangkan pencapaiannya, adalah dengan menggagalkan rencananya?

Ia yang pantas disetujui adalah ia yang meyakinkan dan mampu berdamai dengan dirinya. Ia mampu mengatasi dunia karena ia telah memegang handle dunia, kunci untuk mengerjakan segala sesuatu tanpa risiko sesal yang besar, yaitu senyum penuh kasih karena mereka bahagia.

Mereka yang tersenyum kala hal buruk menimpa mereka, adalah mereka yang sadar bahwa jika ia tidak dapat diberikan kebahagiaan pada saat itu, ia akan berlari ke arah lain dan mampu menciptakan kebahagiaan itu sendiri. Ia menjadikan hidupnya berharga.

Di saat itu, ia telah memenangkan pertarungan terhadap kehidupan, yang berperan sebagai sebaik-baik lawan.

Your Smile is Your Greatest Weapon.

(ADB)

Words for Today

Hidup ini hanya sekali.

Karenanya, ia harus baik.

Hidup yang hebat ialah yang sederhana, namun kuat. Dan itu semua diawali dengan pemanfaatan waktu yang bijak.

Sederhananya, lakukan yang harus anda lakukan. Hindari yang harus anda hindari, lalu perhatikan apa yang terjadi. (ADB)

Words for Today

Perpaduan dari ilmu pengetahuan dan kesungguhan akan menghasilkan karya yang hebat. Namun perpaduan dari ilmu pengetahuan, kesungguhan, dan cinta, akan menghasilkan karya yang luar biasa. (ADB)

Words for Today

Perjuangan yang kita dapat dalam mengasah pisau adalah miniatur dari perjuangan yang nyata dan sesungguhnya dari apa yang akan terjadi seusai kita mengasah pisau tersebut.

Dengan tujuan yang baik, sebagai penyebab dari kebahagiaan banyak orang. (ADB)

Words for Today

Cara terbaik dari Yang Maha Memperbaiki untuk meyakinkan hambanya bahwa yang ia inginkan tidak akan menaikkannya adalah dengan menggagalkan rencananya. (ADB)

Words for Today

Hati merupakan penanda yang luar biasa. Bagi mereka yang sadar, perilaku yang buruk hatinya tidak akan melakukan. Dengannya ia akan semakin terkikis. Dan jangan sampai dia hilang, karena akan sangat sulit baginya untuk kembali. (ADB)

Words for Today

Hasil yang menurunkan dan tidak sesuai hanya berarti dua hal, kamu akan dihebatkan, atau kamu akan dibenarkan. (ADB)

Words for Today

Jagalah dirimu! Orang yang terlalu merendahkan dirinya di hadapan orang lain, kata-katanya sebenarnya adalah jeritan orang kecil yang minta dipuji.

Sedangkan orang yang terlalu meninggikan dirinya adalah orang yang menutupi dirinya dengan penghargaan semu karena tahu dirinya tidak cukup layak untuk dihargai orang lain sebagai mana mestinya. (ADB)

Words for Today

Kekayaan itu tidak terletak pada harta, namun terletak pada senyum orang-orang yang sanggup kita bahagiakan.

Dengan sepenuh hati, dengan segenap tenaga yang tidak akan kita miliki, seandaianya kita tidak memiliki dasar dari terjadinya segala tindakan, yaitu kesehatan. (ADB)

Titled Words for Today - AS LONG AS YOU HEALTHY, YOU WILL ALWAYS RICH

"As long as you healthy, you will be always rich."
(Goofy/AWD/1443)

Judul yang saya angkat di atas, bukanlah untaian kata yang menemakan pentingnya kesehatan.

Judul yang saya angkat di atas, sejatinya merupakan rangkaian kata yang tujuan tersampainya secara implisit.

Bahwa, bahkan hanya dengan bermodal kesehatan pun, kita bisa kaya.

Lagipula, memangnya kaya itu apa?

Apakah ia adalah sebuah kata yang menggambarkan alasan kita untuk menghabiskan separuh masa hidup kita untuk bekerja? Tidak.

Setiap hari, kita dihadapkan pada pilihan untuk mengutamakan kemampuan yang terhormat atau kekayaan yang cacat.

Cacat kenapa? Karena kita melupakan satu komponen yang merubah "kaya" itu menjadi "kekayaan". Tujuan hidup kita yang paling mendasar adalah bahagia. Dan banyak orang yang menyimpang dari tujuan dasar dalam proses pendakiannya.

Kita ini bekerja bukan untuk cari uang, lho. Kita ini bekerja, atau belajar, untuk memperbaiki kualitas hidup. Cari uang toh, bisa dimana saja. Dengan catatan, caranya pantas.

"Kekayaan" yang sesungguhnya itu adalah sinonim dari kata "kebahagiaan".

Perhatikan ya, berapa banyak orang yang gajinya perbulan bisa membeli mobil merasa kesal hanya karena harus naik kendaraan umum?

Dan berapa banyak anak miskin yang penghasilan perbulan ayahnya hanya sanggup untuk membeli buku merasa bangga karena ayahnya mampu melengkapi kebahagiaanya dengan mainan hasil barang bekas yang ditemukannya?

Proses. Itu yang membuat ulat menjadi kupu-kupu.

Cek, seberapa besar pengaruh faktor harta selama ini yang mampu memanipulasi kebahagiaan anda. Cek, seberapa banyak hal-hal kecil yang mampu menjadikan anda sebahagia anak kecil yang mendapatkan mainan baru.

Kekayaan itu tidak terletak pada harta, namun terletak pada senyum orang-orang yang sanggup kita bahagiakan. Dengan sepenuh hati, dengan segenap tenaga yang tidak akan kita miliki, seandaianya kita tidak memiliki dasar dari terjadinya segala tindakan, yaitu kesehatan.


"As long as you healthy, you will be always rich."

(ADB)

Words for Today

Janganlah kamu menyayangkan perbuatan baik, seburuk apapun hasilnya. Karena itu akan jauh lebih baik daripada perbuatan buruk, sebaik apapun hasilnya. (ADB)

Titled Words for Today - CURIOSITY IS WHAT KILLED THE CAT

"Curiosity is What Killed The Cat".

Rasa penasaran itu sejatinya adalah jalan setapak di sebuah area tanpa batas, yang disebut; keingintahuan.

Orang yang bahagia hidupnya adalah mereka yang mengerti, tercerahkan. Sehingga, mereka yang menghadapi hidup ini dengan langkah berat, adalah mereka yang belum merasakan kehidupan ini secara seutuhnya.

Tercerahkan. Karena orang yang mengerti mukanya akan terlihat cerah. Ya?

Pribadi-pribadi yang menahan diri mereka dari mengerti, akan membatasi diri mereka dengan lingkaran yang hanya mengizinkan pendapat orang seagama, se-partai, setingkat pendidikannya, dan sebagainya.

Berapa banyak orang yang hidup di dunia ini dalam kekesalan hanya karena opini kecilnya mengenai pakaian berbeda dengan pasangannya? Itu dulu.

Padahal, keberhasilan hidup ini dibangun dari suatu pengertian luas yang mampu diaplikasikan secara maksimal.

Rasa penasaran itu baik, asal dikembangkan dengan baik untuk tujuan yang baik. Curiosity adalah stimulus bagi timbulnya ide-ide baru yang lebih memantaskan kita untuk sesuatu yang lebih besar.

Jadi,

" The right kind of curiosity probably saves a lot of cats."
(Donald Duck/Carl Barks)

(ADB)

Words for Today

Hidup itu menjadi indah karena kita dapat merasakan berbagai kenikmatan, dan khususnya, merasakan yang akan terjadi bila nikmat itu pergi. (ADB)

Words for Today

Kesederhanaan yang menguatkan dalam hidup terdiri dari sifat, perilaku.

Bukan materi. Tidak ada yang salah dengan menjadi kompleks, asalkan ketidaksederhanaan itu timbul dari kesederhanaan yang tidak sederhana dampaknya.

Memberikan, adalah sumber alasan untuk diberikan. (ADB)

Words for Today

Segala sesuatu yang bernilai lahir bukan dari kuantitas yang dihasilkan tapi dari kualitas yang dibangun dari prosesnya. (ADB)

Words for Today

Mereka yang terikat dengan masa lalu laksana kapal yang tidak lepas dari tali tambatannya.

Ia tidak akan pernah maju.

Mereka yang berpedoman dengan masa lalu sebagai pelajaran, akan dengan mudah kembali ke yang seharusnya. (ADB)

Words for Today

Kepantasan dalam mendapatkan sesuatu yang besar nilainya, hanya dapat diperoleh dengan menjalani sesuatu yang besar kesukarannya.

Itu sebabnya menjadi orang baik itu tidak mudah. (ADB)

Words for Today

Ketidaktahuan itu adalah sesuatu yang indah.

Karena ia menyimpan kesempurnaan yang rapuh di dalamnya. (ADB)

Words for Today

Inspirasi itu tidak datang dari pemikiran, ia datang dari kekaguman. (ADB)

Words for Today

Waktu itu berharga karena sekalipun nilainya adalah sebuah variabel, hasil yang dihasilkan dari penggunaannya adalah konstan.

Setiap detik yang tidak kita gunakan sebagai perjalanan dalam peningkatan kemampuan kita, akan digunakan oleh alam sebagai pelemahan diri kita.

Itulah mengapa waktu terkadang disimbolkan dengan "kerugian". (ADB)

Words for Today

Hasil yang maksimal timbul dari pekerjaan yang optimal. Pekerjaan yang terbaik bukanlah yang menghasilkan banyak, namun yang dapat membuat kita bahagia saat melakukannya, bukan saat melihat hasilnya, dan membuat kita lebih mampu. (ADB)

Words for Today

Kelancaran dalam melaksanakan kewajiban berasal dari keinginan akan pemenuhan kebutuhan, bukan dari bayangan akan terdapatnya hak. (ADB)

Words for Today

Sahabat yang pantas bukan hanya mereka yang ada pada saat senang dan sedih. Tapi mereka yang mampu melihat baik, dalam seburuk-buruknya kita. (ADB)

Words for Today

Keindahan itu sering tersembunyi karena ia memang sesuatu yang berharga. Dan letaknya tidak selalu dalam lingkungan yang megah.

Karena yang sederhana dan jarang dilihat orang itulah yang mampu mempertahankan keindahan sejatinya. (ADB)

Words for Today

Sedikitkanlah alasan-Nya untuk membencimu, dan banyakkanlah alasan-Nya untuk menambahkan ujian kepadamu. Itulah kunci untuk dapat melihat keindahan dari segala hal, termasuk masalah. (ADB)

Words for Today

Masalah itu bersifat rekursif.

Mereka akan memanggil dirinya sendiri, suatu saat ketika mereka dilewati, layaknya kondisi.

Kebahagiaan itu bersifat pemuasan.

Pemuasan tidak akan terjadi ketika jiwa kita merasa belum saatnya dipuaskan. Dan ketika masalah itu kembali, ia akan membuat kebahagiaan yang "belum sempurna" itu sebagai sekutunya. (ADB)

Words for Today

Cita-cita tak ubahnya sebuah kemungkinan di masa depan yang didasari kemampuan di masa lalunya.

Namun sadarilah, bahwa kualitas dari kemungkinan itu berasal dari perbuatan hari ini. (ADB)

Words for Today

Tidak ada yang salah dengan berbuat salah. Selama "salah" dalam perbuatan itu berfungsi sebagai status batu loncatan.

Karena seburuk-buruk kesalahan, adalah kesenangan yang berbuah pedih. (ADB)

Words for Today

Bukan salah mereka yang menggunakan kekecewaan sebagai alasan untuk berhenti melakukan sesuatu.

Namun bukan hak mereka pula untuk mendapatkan kado terbaik yang pasti didapat bagi mereka yang berusaha. (ADB)

Words for Today

Pribadi yang pantas disandingkan dengan keagungan bukanlah mereka yang mampu melakukan banyak hal kompleks yang membuat orang disekitarnya tercengang.

Namun mereka yang mampu melakukan hal sederhana tapi besar perannya dalam timbulnya kebahagiaan dan kehangatan hati orang lain. (ADB)

Words for Today

Cita-cita merupakan representasi logis mengenai harapan kita akan peran di masa depan.

Penurunan terhadapnya, hanya akan membuat kemungkinan hidup yang membahagiakan semakin kecil. (ADB)

Words for Today

Mereka yang mampu merubah keadaan, menuju yang seharusnya, adalah mereka yang mampu dengan tegas mengatakan, "Itu bukan aku!". (ADB)

Words for Today

Konsistensi yang terlanggar merupakan awal dari runtuhnya sebuah komitmen besar.

Inkonsistensi yang tidak diperbaharui adalah jalan pintas ke arahnya. (ADB)

Words for Today

Kekalahan tidak akan pernah terjadi selama kita mampu melihat segala kesempatan sebagai benih dari tercapainya kemenangan.

Karena rencana-Nya, adalah sebaik-baik rencana. (ADB)

Words for Today

Perilaku yang diharuskan, memang akan selalu sulit dilakukan, selama balasan yang akan diberikan itu dijanjikan baik.

Indahkanlah perilakumu karena itu yang mengindahkan tempat tujuanmu.

Itu memang disediakan. Khususnya, bagi yang tercerahkan. (ADB)

Words for Today

Bersyukur, bagi mereka yang memahami, bukanlah mengenai bagaimana menghargai apa yang telah kita dapatkan dan membiasakan diri dengannya.

Lebih lanjut, itu adalah bagaimana cara kita untuk melebihkan diri kita atas sesuatu yang memberikan kita alasan lebih untuk bersyukur lebih sering, lebih banyak. (ADB)

Words for Today

Janganlah engkau marah kepada burung akan sayapnya, karena kita memiliki tangan.

Janganlah engkau benci kepada kelelawar akan telinganya, karena kita memiliki mata.

Janganlah engkau merasa kesal kepada ikan akan siripnya, karena kita memiliki kaki.

Sungguh tidak akan terasa angin bila kita tidak menyempatkan waktu untuk merasakannya.

Dan tidak akan terlihat matahari bila kita tidak berusaha untuk membuka mata. (ADB)

Words for Today

Dari segala macam bentuk kebahagiaan, ada satu bentuk yang teramat spesial. Karena itu muncul hanya dengan satu alasan, dengan jangka waktu; selamanya. Kebosanan merupakan hal yang tidak mungkin ada di dalamnya. Dimana hal-hal terburuk bisa menjadi sesuatu yang baik.

Kebahagiaan itu disebut keluarga. Dengan segala kehangatan yang mewarnai sikap saling hormat dan menghargai di dalamnya. (ADB)

Words for Today

Lihatlah segala sesuatu dari nikmatnya saja! Dan kau akan menikmati dua kali lipat dari kenikmatan itu dalam bentuk penyesalan. (ADB)

Words for Today

Orang-orang cenderung memilih untuk melakukan hal yang kompleks karena mereka tidak percaya bahwa hal-hal yang sederhana cukup kuat untuk membesarkan mereka.

Lakukanlah segala sesuatu yang biasa dengan cara-cara yang tidak biasa, dan mereka akan menemukan kita sebagai pribadi yang pantas disetujui. (ADB)

Words for Today

Orang-orang yang pikirannya senantiasa tenang dan jernih laksana air yang menghidupkan, akan dengan mudahnya melihat riak pemecahan dari masalah-masalah yang dicelupkan kedalamnya. Yang perlahan-lahan akan jatuh ke dasar.

Dan air itu, pun tidak akan menemukan kesulitan untuk meyakinkan orang-orang yang ingin meminumnya bahwa ia adalah sesuatu yang berguna dan menjernihkan. (ADB)

Words for Today

Pelaku-pelaku berwatak penguji memang akan selalu ada, untuk menilai kepantasan bagi pribadi-pribadi yang berwatak baik akan kelasnya. Terima saja, karena hidup disebut "hidup" sebab di dalamnya tidak selalu ada kemudahan. (ADB)

Words for Today

Pribadi-pribadi yang direncanakan oleh Tuhan untuk naik, akan senantiasa diberi kesempatan untuk turun dalam perjalanannya. Peningkatan kelas kita akan diukur dari seberapa sanggup kita untuk bertahan dalam pengambilan keputusan itu.

Pastikanlah bahwa tidak ada satu pribadi hebatpun yang mampu menanjak tanpa menginjak anak tangganya. (ADB)

Words for Today

Terkadang segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan yang kita rencanakan. Maka cantikkanlah proses perjalanan kita atasnya.

Dan berbahagialah ketika kau mendapat itu sebagai sesuatu yang sulit, meskipun itu sulit.

Sejatinya itu menjanjikan sesuatu yang memuliakan kita, melebihi yang kita rencanakan. (ADB)

Words for Today

Salahlah akan banyak hal!

Namun lakukanlah satu hal dengan benar yang mampu membayar semua keburukan yang didapat sebelumnya.

Dan temukanlah dirimu sebagai pribadi baru yang lebih mantap setelahnya. (ADB)

Words for Today

Seorang pemburu yang mengejar dua kelinci tidak akan mendapat satu kelinci. Fokuslah pada satu hal yang menghebatkan kita dan lihatlah apa yang terjadi. (ADB)

Words for Today

Penggunaan terbaik dalam peran "guru" tidak tergambar dari kemampuannya yang membuat muridnya terdiam karena kagum. Melainkan dengan semangat kekeluargaan yang tercipta dari hangatnya suasana, yang terlihat dari senyum ketika guru itu datang, dan sesal ketika guru itu pergi. (ADB)

Words for Today

Bentuk paling mengerikan dari cobaan-Nya adalah untaian nikmat. Karena tidak semua orang menyadarinya. (ADB)

Words for Today

Jika engkau tidak bisa kembali ke masa lalu untuk mengawalinya dengan sesuatu yang sesuai demi memperbaiki hasil yang didapatkan sekarang, maka mulailah membuat awal yang benar sekarang demi mendapatkan akhir yang gemilang di masa depan. (ADB)

Words for Today

Segala sesuatu yang bernilai sulit dan kompleks, menjanjikan penghargaan yang jauh lebih besar. (ADB)

Words for Today

Cemerlangnya pemahaman merupakan pemungkin terbesar dari kokohnya keyakinan. (ADB)

Words for Today

Gemilangnya kesuksesan hanya akan didapat bagi mereka yang ramah pada pedihnya kegagalan.

Yang juga akan memudahkan mereka dalam memaksimalkan upaya mereka dalam menyegerakan hak mereka untuk menjadi pribadi yang lebih baik. (ADB)

Words for Today

Jika niat adalah sebuah biji yang tertanam dalam tanah hati yang luas, sejatinya motivasi, atau semangat, adalah pupuk yang senantiasa mendorong tumbuhnya.

Sehingga suatu hari nanti biji tersebut akan tumubuh menjadi pohon besar nan rindang yang melindungi dan memberi manfaat sekitarnya.

Sekali lagi, pupuk dan alam sekitar akan menjadi penentu kualitas pohon tersebut. (ADB)

Words for Today

Kemegahan terbesar yang disediakan di dunia ini adalah dengan menjadi orang tua.

Maka yakinlah bahwa yang mengisi relung-relung kosong dari kemegahan itu adalah anak-anak yang dengan senyum tulusnya berlari ke arah kita yang semakin menua sambil mengatakan, "aku telah berhasil". (ADB)

Words for Today

Mereka yang mendekati jurang memiliki 80% kemungkinan untuk jatuh.

Mereka yang mendekati jurang dengan tali pengaman memiliki 20% kemungkinan untuk selamat.

Dan mereka yang memilih untuk menjauhi jurang dan berjalan di "yang seharusnya", memiliki 100% kemungkinan untuk sesuatu yang jauh lebih baik yang menunggu di depan mereka. (ADB)

Words for Today

Cinta adalah aplikasi yang paling nyata yang dianugerahkan-Nya dalam kehidupan ini. Semua dapat terlibat di dalamnya.

Dan layaknya segala benda ciptaan, tiap kali ia dipermainkan, nilainya akan turun di hadapan yang lain. (ADB)

Words for Today

Implementasi nikmat yang sebenarnya dari nikmat yang dicurahkan Yang Maha Memberi akan terasa saat kita menyadari kehadiran nikmat itu sendiri. (ADB)

Words for Today

Orang yang berkeinginan dan terdorong, mendapatkan hadiah ketika dia berhasil mencapai titiknya.

Orang yang termotivasi dan tersemangati dalam menyegerakan perbaikan, mendapatkan hadiah bahkan sebelum ia memulai usahanya. (ADB)

Words for Today

Jika kita mencoba membiasakan diri dengan hal-hal yang tidak memantaskan kita terhadap yang menghebatkan pencapaian kita, maka kita tidak akan pernah pantas untuk itu. (ADB)

Words for Today

Bagi sebagian orang, moral bernilai lebih dari apa yang bisa mereka dapatkan dengannya. Itulah yang terkadang menyebabkan penstabilan kualitas hidup jauh lebih sulit dibandingkan peningkatan kualitas itu sendiri.

Dan setiap kali kualitas itu diturunkan, peningkatannya akan jauh lebih sukar. (ADB)

Words for Today

Hidup adalah perkembangan. Dan sebaik-baik orang adalah yang terus "meminyaki" mekanismenya.

Because good is not enough, when better is allowed. (ADB)

Words for Today

Koalisi terbaik dalam pembentukan kualitas hidup yang lebih baik adalah dengan menggabungkan porsi terbaik pada usaha dan doa, serta bumbu ketiga yang baru akan terbuka setelah kedua komposisi tersebut dipergunakan semaksimal mungkin.

"Segala sesuatu di dunia ini memiliki puncak, dan ujung dari kerja keras adalah awal dari campur tangan tuhan". (ADB)

Words for Today

Ke"Berharga"an yang mampu ditunjukkan seseorang, hanyalah senilai gagasan-gagasan yang mampu digagasnya sebagai bukti keberhasilannya dalam membuatnya sebagai pribadi penyebab kesenangan bagi sebagian yang lain. (ADB)

Words for Today

Menghindari suatu masalah di suatu masa hanya akan membuat masalah itu kembali menjadi lebih rumit, berat, dan kompleks di masa yang lain.

Namun mengabaikan dan mengecilkan nikmat, serta kesempatan kebahagiaan yang didapat , malah akan membuat kesenangan itu berubah menjadi siksaan yang jauh, jauh lebih berat, menyedihkan, dan lebih pedih dari yang masalah dapat sebabkan. (ADB)

Words for Today

Pribadi-pribadi yang dicadangkan oleh Tuhannya dari kesuksesan yang mungkin mereka capai adalah mereka yang melihat dirinya bukan sebagai apa-ada-nya, melainkan sebagai apa-bisa-jadi-nya. (ADB)

Words for Today

Ada banyak perkara yang dapat menjadikan pemula jauh lebih baik dibanding pemain-pemain lama, kecuali satu. Yaitu pengalaman, karena itu tidak dapat diwariskan. (ADB)

Words for Today

Dan ingatlah akan hukum alam yang mencetuskan bahwasanya diperlukan tenaga, atau usaha, sebesar benda yang kita ingin angkat daripadanya.

Maka perhatikanlah kalau Dia teramat adil terhadap yang mengecilkan.

Namun Ia tidak pernah berlaku adil terhadap yang memuliakan. (ADB)

Words for Today

Perbedaan yang amat mendasar antara mengagumi dengan mencintai adalah; mengagumi itu asalnya dari otak, pikiran. Sedangkan mencintai itu asalnya dari hati.

Dan yang terbaik dari pribadi yang lolos adalah mereka mau menyiapkan dirinya. (ADB)

Words for Today

Buah dari gemilangnya kerja keras bukanlah hasil konkrit yang terlihat sesudahnya.

Melainkan berharganya nilai yang didapat dari kepuasan menghasilkan sesuatu, apapun bentuknya dengan rasa membentuk yang tidak dapat diwariskan. (ADB)

Words for Today

Kehebatan pribadi-pribadi yang dimungkinkan sukses oleh perilakunya sendiri adalah mereka bersedia menjadikan diri mereka sebagai penyiap dalam berbagai kemungkinan yang mencadangkan mereka dari impian mereka. (ADB)

Words for Today

Miskin bukanlah sebutan bagi mereka yang tidak mampu dalam memenuhi apa saja yang seharusnya mereka dapatkan.

Namun miskin adalah sebutan bagi mereka yang tidak mampu membahagiakan serta ramah pada dirinya, dan khususnya orang lain.

Siapapun itu, dengan cara apapun yang menghebatkan kita sesudahnya. (ADB)

Words for Today

Ada dua bentuk sederhana pengambilan tindakan yang mampu membuat kita lebih menonjol dibandingkan yang lain, yaitu melakukan yang tidak dilakukan orang lain dan tidak melakukan apa yang kebanyakan orang lakukan. (ADB)

Words for Today

Kebahagiaan itu menjadi sesuatu yang spesial bukanlah karena besar ataupun kecil dampak yang diberikannya.

Tapi kebahagiaan menjadi sesuatu yang patut dikejar karena cara-cara yang ditempuh dalam mendapatkannya bukanlah cara-cara yang murah. (ADB)

Words for Today

Tidak sepatutnya bagi pribadi yang diujarnya layak dijadikan pemimpin, bangga atas keterlebihannya terhadap yang lain.

Karena yang seharusnya ia banggakan ialah ketersediaannya yang menjadikannya pribadi - pribadi yang terpilih oleh Yang Maha Menentukan sebagai mediasi dalam menunjukkan sepotong kecil kebesaranNya. (ADB)

Words for Today

Bukan seberapa banyak orang yang berpendapat baik atau buruk tentang kita yang bisa dijadikan referensi utama nilai diri kita.

Tapi apa yang kita lakukan dan kita pikirkan kala kita sendirian adalah faktor yang kuat. (ADB)

Words for Today

Jika semua kebajikan melalui proses yang mudah dan cepat, tanpa satupun kontradiksi yang menghalangi terjadinya, disertai pula dengan penghargaan yang instan, tentulah tidak akan ada gading yang retak di dunia ini.

Setiap roda gigi besar yang bekerja pada suatu sistem, pastilah memerlukan roda gigi yang lebih kecil.

Maka bila engkau merasa yang diharapkan itu tidak akan muncul di dunia, bersiaplah akan sesuatu yang besar. (ADB)

Words for Today

Perlakuan terbaik yang dapat kita lakukan terhadap cangkir yang telah retak adalah dengan tidak menggunakannya hingga kita yakin kita telah memperbaikinya dengan sempurna.

Karena jika kita memaksakan untuk memakainya, lama kelamaan ia akan pecah dan melukai bibir kita. (ADB)

Words for Today

Tidak ada satupun upaya pengkerdilan diri terhadap pribadi lain yang indah dalam bentuknya.

Maka indahkanlah sikap kita dalam menanggapinya, agar kita tidak menjalani hidup layaknya orang yang buta. (ADB)

Words for Today

Orang-orang yang beruntung ialah mereka yang pandai melihat dan membaca. It's okay to make mistake.

It's even okay to make thousands of mistakes. Otherwise, it won't be okay, if you only made two mistakes, but in the same thing. (ADB)

Words for Today

Dunia hanya akan menghargai orang-orang yang bersedia menghebatkan dirinya dalam mencapai ketinggian tersebut. Perhatikanlah! Hanya mereka yang mengusahakan dirinya untuk berjalan dengan kecepatan berlari yang akan dengan mudahnya berhasil. (ADB)

Words for Today

Tekad adalah sesuatu yang indah. Karena tidak semua orang memilikinya. (ADB)

Words for Today

Murninya kebahagiaan dalam merasakan hak, sekecil apapun itu, tidak akan terasa seutuhnya.

Selama kita yakin bahwa salah satu komponen dalam penyusunan kebahagiaan itu, yakni penuntasan akan kewajiban, belum hadir dalam upaya pemunculan hak tersebut secara adil. (ADB)

Words for Today

Antara kenyataan dan target masing-masing orang, ada sebuah tongkat yang tidak kelihatan, yang senantiasa kita tendang acap kali kita mendekati target kita dan membuatnya kembali menjauh.

Pribadi-pribadi pesimis akan menamakannya "ketersiksaan".

Namun, pribadi-pribadi optimis akan menamakannya "harapan". (ADB)

Words for Today

Parameter baik tidaknya kualitas hidup seseorang mengabaikan seberapa berjayanya ia. Yang mempengaruhinya ialah seberapa besar pelayanannya sebagai pelayan dalam penyedia kebahagiaan bagi orang lain. (ADB)

Words for Today

Cobalah untuk berbuat baik pada orang-orang yang keji walau sulit. Karena mereka menjadi orang yang keji disebabkan mereka tidak memiliki cukup banyak kebaikan untuk dibagi. (ADB)

Words for Today

Arif tidaknya sesorang tidak dilihat dari perkataannya, melainkan dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya. (ADB)

Words for Today

Manfaat yang sesungguhnya dari sebuah kendala yang dapat kita selesaikan, tidak muncul dari kemudahan yang mungkin bisa kita dapat setelah melakukannya.

Melainkan berasal dari kesungguhan kita dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang baik. (ADB)

Words for Today

Segelas air tawar, bila disandingkan dengan garam, tentu akan menghasilkan air yang asin.

Tetapi bila air tawar tersebut disandingkan dengan gula, tentu air yang manis yang akan tercipta.

Orang-orang yang mau menyempatkan dirinya untuk menterakan setitik pikiran baik di tengah kesibukannya dalam menangani sebuah masalah, niscaya ia akan segera menemukan masalahnya itu dalam bentuk yang lain. (ADB)

Words for Today

Hidup itu ibarat proses pendakian. Tidak ada sesuatu hal pun yang tidak mungkin selama kita masih memiliki tali "impian" yang selalu menumpu berdirinya semangat hidup kita dari terkulai tidak berdaya.

Tidak ada pula "tali" yang tidak dapat diraih ujungnya selama kita menjejakkan kaki kita disebuah tebing yang solid dan kokoh yang disebut "harapan".

Dan tak ada satu tebingpun yang dapat berdiri dengan begitu gagahnya tanpa suatu pondasi kuat, berupa gunung itu sendiri yang menopang tegaknya, berupa iman kepada-Nya. Dengan segala pemuliaan dan konflik duniawi yang tertera di dalamnya. (ADB)

Words for Today

Sepercik kebenaran yang kerap ditutupi oleh keruhya ketidakadilan, seringkali membuat orang enggan untuk mempertahankannya.

Padahal, ibarat lilin kecil yang menyala di tengah kegelapan, tidak perlu mendekatkan diri untuk mengetahui keberadaanya. Itu semua hanyalah masalah waktu.

Dan bila penghargaan-Nya tidak kunjung datang, berbahagialah! Sebab itu merupakan tanda bahwa kita telah menerima "rapor" dari kenaikan kelas, atas kualitas hidup kita. (ADB)

Words for Today

Banyak hal yang mampu menghebatkan orang-orang yang ingin di dunia ini. Namun, ada satu hal sederhana yang mampu melakukannya.

Yaitu dengan memilih untuk melaksanakan apa yang diucapkannya dibanding mengucapkan apa yang dipikirnya.

Dan sebaik-baik orang adalah yang melakukan apa yang dipikirnya dibanding melakukan apa yang diucapkannya. (ADB)

Words for Today

Saat seseorang merasa tidak nyaman atas perlakuan orang lain terhadap dirinya dalam bentuk berbohong, maka rasa tidak nyaman itu tidak muncul atas ketidaksukaannya terhadap sikap tersebut.

Atau karena akibat yang muncul daripadanya.

Tapi rasa tidak nyaman itu muncul sebagai ungkapan kesedihan, karena sejak saat itu hilanglah seseorang yang mudah dipercaya dalam kehidupannya. (ADB)

Words for Today

Secercah kemudahan akan senantiasa ada di dalam timbunan kesulitan yang menerpa. Namun kemudahan itu tidak akan muncul dari kesulitan tersebut.

Ketika kita ramah dan terbuka terhadap rasa ikhlas, tabah, sabar, dan percaya dengan disertai permohonan kepada Yang Maha Menjadikan, maka sesungguhnya sebagian besar dari kemudahan itu telah kita dapat. (ADB)

Words for Today

Pribadi-pribadi yang pantas disebut ahli adalah mereka yang mampu membuat kesulitan-kesulitan yang mereka rasakan dalam bidang yang mereka geluti terlihat mudah di mata seorang pemula. (ADB)

Words for Today

Kemajuan sebenarnya dapat dicapai dengan melakukan suatu hal yang sederhana.

Lakukanlah sesuatu di dunia ini yang kita tidak dapat kembali lagi untuk menggagalkannya, dan lihat apa yang terjadi. (ADB)

Words for Today

Orang yang malas adalah mereka yang beristirahat sebelum datang masanya bagi mereka dalam mendapatkan hak tersebut.

Orang-orang yang hebat tidak mau beristirahat walaupun mereka berhak untuk itu. (ADB)

Words for Today

Orang yang kerap menangisi masa lalunya ibarat orang yang berusaha untuk memasukkan kembali pasta gigi ke dalam tempatnya.

Tidak semua yang kita anggap buruk itu buruk bagi kita.

Maka, sebaik-baik orang adalah yang dapat membuat pengalamannya menjadi stimulus bagi gemilangnya kehidupannya di masa depan.

Mungkin nasi sudah menjadi bubur, tapi tidak selamanya bubur itu tidak enak, kan? (ADB)

Words for Today

Salah satu hal mulia yang dapat kita lakukan saat kita mengalami kekalahan atas sesuatu adalah dengan menjadi peraya atas kemenangan orang lain.

Pada saat itu kita sebenarnya telah menyiapkan tempat bagi kemenangan-kemenangan yang diperuntukkan bagi kita berikutnya.

Lakukan itu, dan lihatlah apa yang terjadi. (ADB)

Words for Today

Perbedaan yang tipis antara kata "kagum" dan "cinta", terkadang membuat orang yang salah dalam memahaminya, harus membuang sebagian dari waktunya untuk hal-hal yang bisa dikatakan tidak perlu atau sia-sia.

Sebab, kehadiran cinta bisa melahirkan kekaguman pada sesuatu yang mungkin tidak dikagumi orang. Namun, kekaguman tidak selalu bisa membuahkan cinta yang hakiki.

Itulah mengapa, sebaik-baik orang ialah dia yang mematangkan dirinya terhadap segala kemungkinan. (ADB)

Words for Today

Kesempatan tidak akan pernah datang pada orang yang sekalipun ahli, namun selalu menunda. Namun kesempatan akan selalu ada, bagi tiap pribadi yang selalu terbuka terhadap setiap kemungkinan.

Because chances will appreciate they, who appreciate the chances itself, by letting them waiting. But, chances will never wait, for those who wait too long. (ADB)

Words for Today

Seseorang yang tangannya sedang penuh karena sedang menampung air tentu tidak bisa memegang benda lain yang diberikan padanya.

Maka sebaik-baik orang adalah yang mampu memilah-milah apa yang layak dan tidak layak untuk dipegangnya.

Karena orang yang ingin menggantungkan hidupnya pada sebuah ranting yang kurus tentu tidak sama dengan yang berpegang pada sebilah baja yang kokoh. (ADB)

Words for Today

Dia yang mampu berdoa dalam kebahagiaan sesungguhnya telah mendapat kebahagiaan itu sendiri, bahkan tepat pada saat dia berdoa.

Karena pada saat itu dia sudah sampai pada tahap ketika dia tidak memerlukan banyak alasan untuk merasa bahagia dan memerlukan sangat banyak alasan untuk bersedih. (ADB)

Words for Today

Kekalahan tidak kita alami ketika kita memutuskan dengan tegas untuk melakukan sesuatu dan kemudian berbuat salah.

Tapi kekalahan akan kita alami ketika kita memutuskan untuk tidak berbuat apa-apa. (ADB)

Words for Today

Ketika anda mengatakan, "aku pasti bisa!", maka anda memiliki 50% kemungkinan bahwa anda benar, dan 50% kemungkinan bahwa anda salah.

Tapi ketika anda berkata, "saya tidak bisa!", maka anda 100% benar. (ADB)

Words for Today

Ada dua komposisi dalam diri manusia, yang membuat manusia menjadi selemah bayi yang tak berdaya, namun terkadang dapat membuat manusia, menjadi sekuat tentara.

Dua komposisi itu pula yang menghantarkan manusia, ke kedudukan tertinggi sekaligus terendah.

Itulah emosi dan nafsu.

Juga segala hal yang terkandung serta terkait di dalamnya. (ADB)

Words for Today

Sesungguhnya tidak ada yang berbatas di dunia ini.

Batasan hanyalah garis khayal yang dibuat oleh manusia itu sendiri.

Jadi, kesabaranpun tidak ada batasnya.

Yang ada hanyalah tingkat kemampuan seseorang dalam menoleransi segala kejadian yang menimpanya. (ADB)

Words for Today

Rasa sayang dan cinta kepada seseorang tidak berasal dari pengenalan atau perkenalan.

Melainkan berasal dari kemampuan seseorang itu untuk memuliakan dan menyayangi orang lain serta berbuat lebih dari yang pernah ia katakan. (ADB)

Words for Today

Orang-orang yang enggan, atau secara langsung atau tidak langsung, tidak melampirkan niat baik, tujuan yang baik, tekad yang kuat, serta manfaat dari tujuannya bagi khalayak ramai pada suratnya kepada Yang Maha Menjadikan, sesungguhnya telah menambah rintangan bagi tercapainya tujuannya itu. (ADB)

Words for Today

Andaikan umur adalah seloyang kue pai, tentulah tidak ada seorangpun yang mau memakannya.

Sayangnya, umur bukanlah seloyang kue pai, maka telah jelas.

Karena berharga tidaknya seseorang atau suatu barang, dapat dinilai dari kontribusi dan kelangkaanya. (ADB)

Words for Today

Doa paling mujarab untuk meningkatkan kualitas hidup kita adalah dengan berdoa dalam kebahagiaan.

Karena Tuhan menyenangi orang yang berdoa. Sedangkan yang sering terjadi adalah kita berdoa saat kita sedang berada dalam kesulitan.

Sehingga, karena Yang Maha Mengabulkan menyukai doa-doa hamba-Nya,

agar kita terus berdoa padanya, ditambahkan-Nyalah penderitaan pada kita. Berdoalah dalam keadaan bahagia, dan insyaallah Dia akan menambahkan kebahagiaan kita.

Lakukan itu, dan lihatlah apa yang terjadi. (ADB)

Words for Today

Para pelaku dibidangnya masing-masing yang sering menganggap bahwa dengan "bermain aman" ia tidak akan tersingkir, sesungguhnya telah memastikan dirinya untuk tersingkir.

Karena para "pemain aman" tersebut hanya memikirkan cara agar ia tidak tergantikan, dan juga tidak mau direpotkan oleh pemikiran untuk menjadi lebih.

Sehingga, pelaku tersebut akan menjadi santapan oleh para "pemain agresif" yang selalu memikirkan cara untuk menjadi lebih dengan memanfaatkan kelemahan pelaku lain.

So, playing safe is unbelievably unsafe! (ADB)

Words for Today

Menjadi orang besar yang melakukan hal kecil tentu akan jauh lebih baik ketimbang orang keci yang melakukan hal besar.

Karena dunia hanya akan menghargai pribadi-pribadi yang mengusahakan dan menghormati dirinya. (ADB)

Words for Today

Kesempatan bagi orang yang sesuai adalah ladang dalam meningkatkan kualitasnya.

Tapi bagi orang yang menginginkan kemunduran, kesempatan adalah ladang bagi datangnya alasan-alasan untuk menutupi kemalasannya. (ADB)

Words for Today

Pribadi yang selalu menyempatkan dirinya untuk bersikap ramah pada tiap masalah yang ditemuinya, sesungguhnya ia telah menyelesaikan sebagian besar dari masalah itu. (ADB)

Words for Today

Kemalasan pada hakikatnya hanyalah sebuah konsekuensi logis dari ketidakmampuan seseorang dalam menentukan apa yang patut dan tidak patut dilakukannya.

Sehingga,

Yang diperolehnya sebenarnya tidak lebih dari kegelisahan dalam bentuk kebahagiaan temporer yang miskin makna.

Pertahankanlah! Dan lihat apa yang terjadi. (ADB)

Words for Today

Ada satu hal kecil yang kerap dilupakan oleh kebanyakan orang.

Kemalasan yang mampu diorganisir serta dipolakan dengan maksud dan tujuan yang tepat, akan membuat seseorang menjadi pribadi yang gagah, hebat, serta dapat dengan mudah membuat orang sepandang dengannya. (ADB)

Words for Today

Anjuran sederhana yang dibungkus dengan pita-pita yang tidak sederhana dampaknya, sesungguhnya adalah kado yang terbaik bagi para penerima yang mampu memahami. (ADB)

Words for Today

Kemudahan-kemudahan yang selalu diusahakan ada bagi orang lain oleh pribadi yang mengikhlaskan, akan dengan sendirinya memuliakan dirinya atas orang lain. (ADB)

Words for Today

Kesalahan yang menguntungkan pada hakikatnya adalah pemanis dalam perjalanan yang pahit menuju keberhasilan yang indah bagi pribadi-pribadi yang mengerti. (ADB)

Words for Today

Salah satu tanda orang yang tidak akan pernah berhasil dalam karir atau kehidupannya adalah orang yang kemampuannya dalam mengerjakan, kelihaiannya dalam bertindak, kebesaran niatnya untuk melakukan, kepandaiannya untuk menyelesaikan, serta kesediaannya untuk memuliakan orang lain, tidak cukup besar untuk mengalahkan kekuatannya dalam menunda. (ADB)

Words for Today

Pasangan hidup yang sejati tidak dinilai dari seberapa sering dan lamanya ia berada disamping kita.

Melainkan dinilai ketika sepasang manusia itu mulai menua,

dan masing-masingnya mulai kehabisan alasan untuk mengagumi keindahan fisik satu sama lain,

mereka masih memiliki bergunung-gunung alasan untuk memuliakan keindahan yang tidak dapat dilihat dari dalam diri masing-masing pribadi yang berbahagia itu. (ADB)

Words for Today

Tak ada sesuatu apapun di dunia ini yang bisa membuat seseorang menjadi lebih dewasa kecuali satu hal,

Tidak dapat membuat seseorang menjadi lebih berpengalaman kecuali satu hal,

Tidak dapat membuat seseorang menjadi lebih anggun kecuali satu hal,

Dan tidak dapat membuat seseorang menjadi pribadi yang mampu mendamaikan dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya kecuali satu hal,

Dan hal itu adalah bertambahnya usia. (ADB)

Words for Today

Bertambahnya usia tidak menjadikan seseorang menjadi lebih tua, tidak juga menjadi lebih kolot.

Tapi bertambahnya usia sejatinya membuat seseorang menjadi lebih anggun. (ADB)

Words for Today

Ada satu hal yang membuat perbedaan antara pemimpin dan pengikut menjadi signifikan.

Yaitu kemampuannya dalam memutuskan suatu hal secara tegas. (ADB)

Words for Today

Saat seseorang sudah mencapai suatu titik dimana ia tidak lagi menghargai nikmatNya, tidak lagi menemukan keuntungan dari jerih kehidupannya, juga tidak memiliki alasan untuk meneruskan apa yang selalu dilakukannya, maka hiduplah demi orang lain. (ADB)

Words for Today

Selama ini orang-orang selalu berkata, "Sudahlah, menyesal memang selalu diakhir.". Aku menatap diriku didepan cermin dan berkata, "Benarkah?". (ADB)

Words for Today

Pribadi yang mampu menimbulkan kesan yang baik secara konstan, serta mampu membuat orang-orang disekitarnya melangkah bersamanya dengan sukarela, setelah memberikan kesan yang sulit diterima pada awalnya, adalah pribadi yang hebat. (ADB)

Words for Today

Orang yang bijak adalah orang yang mampu menutupi kekurangannya dengan kelebihannya.

Namun orang yang merugi adalah orang yang dengan cerobohnya menutupi kelebihannya dengan kekurangannya. (ADB)

Words for Today

Disaat kita merasa kosong, dan belum dapat menemukan satu hal yang dapat memotivasi untuk melakukan suatu hal, maka bekerjalah layaknya orang yang telah mengetahuinya. (ADB)

Words for Today

Jika ibu, atau ayah, adalah pribadi terbaik dan paling berjasa, maka sebaik-baik pribadi diatasnya adalah orang yang telah membesarkan dan mendidiknya. (ADB)

Words for Today

There's such a meaningful word in this world.

Which is deeper than oceans, wider than the sky,

And harder than atomic lessons to deal with.

Sometimes it could be as solid as steel,

Conversaly,

Sometimes it could be as brittle as morning dewdrop.

That's friendship.

And another thing that more difficult besides get it, is retain it. (ADB)

Words for Today

Mengeluh adalah salah satu hal yang tidak akan selesai dilakukan dalam sekali masa hidup kita. Maka barangsiapa yang tidak memantaskan diri terhadap kehidupan yang lebih baik, tidak akan pernah pantas untuk itu. (ADB)

Words for Today

Keberagaman dan ketidakseragaman bukanlah digunakan sebagai indikator dari berguna atau tidaknya seseorang. Melainkan menjadi sebuah bukti otentik bahwa tiap pribadi itu bernilai. (ADB)

Words for Today

Saat kita ingin menaikkan derajat kita di hadapan masyarakat, atau suatu komunitas, maka jalan termudah melakukannya adalah dengan meninggikan derajat orang yang mempercayai kita sepenuhnya. (ADB)

Words for Today

Tingkat berhasil tidaknya seseorang bukan dilihat dari semakin tinggi jabatan yang diperolehnya. Melainkan dari seberapa banyak orang yang bersedia dengan sepenuh hati untuk mengatakan "ya" kepadanya. (ADB)

Words for Today

Saya tidak takut oleh segerombolan tentara domba yang dipimpin oleh seekor singa.

Namun saya takut pada satu komunitas kecil singa yang dipimpin oleh seekor domba. (ADB)

Words for Today

Berubah itu sulit, tapi tidak berubah itu fatal. (ADB)

Words for Today

Pribadi yang mengaku dirinya bodoh adalah pribadi yang cukup cerdas untuk menyadari keterbatasan dirinya.

Namun pribadi yang merasa dirinya pintar adalah pribadi yang sangat bodoh untuk mengakui betapa kecilnya dirinya dibandingkan kekuasaan Tuhan. (ADB)

Words for Today

Kesempatan itu bagai bus. Dia pasti akan pergi bila kita tidak cepat-cepat mengambilnya. Tapi cepat atau lambat ia pasti akan kembali lagi. (ADB)

Words for Today

Tidak ada seorang pun yang terlahir atau ditakdirkan menjadi cerdas atau pun bodoh.

Semua adalah sama.

Yang ada hanyalah orang yang terlahir dengan intensitas kepedulian dan daya juang yang berbeda. (ADB)

Words for Today

Berpura-pura itu suatu hal yang penting.

Khususnya dalam meraih hal yang ingin kita capai. Orang yang sering berpura-pura dalam menjadi seseorang yang dia inginkan, lama-kelamaan akan menjadi orang tersebut seperti orang yang suka berbohong.

Orang yang memantaskan dirinya untuk menjadi sesuatu, lebih layak mendapatkan sesuatu itu. (ADB)

Words for Today

Apa pun yang kamu lakukan, belajar, bekerja, ataupun berusaha dalam meraih cita-cita, utuhkanlah dengan doa yang memantaskan usahamu itu. Kemudian lihatlah apa yang terjadi. (ADB)

Words for Today

Ada dua hal buruk yang sering dilakukan di dunia ini.

Yang pertama adalah berbuat hal yang salah menurut etika, dan yang kedua adalah berbuat sesuatu yang benar namun dengan cara yang salah. (ADB)

Words for Today

Emas itu berharga karena jumlahnya sedikit.

Karena itu orang bersedia berkorban keras untuk mendapatkannya.

Tembaga tidak se-berharga emas,

Namun tembaga yang diperlakukan layaknya emas dan bersifat layaknya emas, akan jauh lebih berharga dibanding emas yang mahal namun diperlakukan bagai tembaga dan tidak memberi profit yang sepadan. (ADB)

Words for Today

Yang perlu diperhatikan dari orang yang merasa gelisah karena dikucilkan 1-2 orang bukanlah yang mengucilkan, melainkan ketidakmampuan orang tersebut untuk meluaskan wilayah pertemanannya sehingga yang 1 dan 2 itu menjadi terasa amat berharga. (ADB)

Words for Today

Mencoba membuat semua orang bahagia adalah salah satu kesalahan terbesar seorang pemimpin.

Karena tidak ada seorang pun yang bisa membuat semua orang bahagia disebabkan derajat kebahagiaan setiap orang yang berbeda.

Oleh karenanya,

Selalulah melakukan sesuatu yang dinilai baik bagi semua orang dan mereka akan mendapatkan kita sebagai pribadi yang layak diikuti dan dijadikan contoh. (ADB)

Words for Today

Kebahagiaan yang hakiki bukanlah yang kita peroleh saat kita menerima.

Karena bentuknya pastilah material; dan material bisa rusak.

Sedangkan kebahagiaan yang kita dapatkan saat kita memberi, adalah kebahagiaan yang kekal.

Sebab itu letaknya ada di dalam hati kita dan hati orang lain. (ADB)

Desa Kabut Misterius III - The Eternal Path

Desa Kabut Misterius, 7 hari setelah malam itu, 02:45 am
Desa Kabut Misterius, begitulah akhirnya aku menamainya. Sebuah tempat dimana misteri menjadi atmosfer, sebab, akibat, bahkan napas dan detak jantung yang tetap menjaga hidupnya nuansa mengerikan. Sebuah tempat yang telah mengubah kehidupan segelintir orang. Sedihnya, perubahan itu tidak sedikitpun terlepas dari kata ‘pedih’. Dan sedihnya lagi, aku termasuk dalam segelintir orang yang harus berjuang bahkan untuk sekedar yakin akan ada hirupan oksigen lain esok hari.

Seharusnya sekarang menjadi hari ketujuh aku berada di tempat terkutuk ini. Entahlah. Pasalnya, terakhir kali kemari aku tahu ada perbedaan waktu yang cukup signifikan antara waktu sebenarnya dengan waktu di desa. Mencatat kondisi dan menulis buku harian adalah rutinitasku selama berada disini. Rutinitas yang juga dilakukan oleh pendahuluku, Van Sandick. Adalah ruangan bawah tanah berlokasi dibawah sebuah surau tua dan reot tempatku bersembunyi sekarang. Ruangan ini memiliki luas sekitar satu setengah kali lapangan voli, sirkulasi udara yang baik, dan dedaunan yang tumbuh didindingnya bila sewaktu-waktu lapar atau butuh bahan untuk meracik obat. Terima kasih pada Van Sandick yang telah menyelamatkan jiwaku dengan membangun tempat ini.

Ohya, orang yang menggelepar serta bersimbah darah disebelahku namanya Rico Mangunpraja. Tenang, dia tidak mati. Untungnya disini banyak buku-buku tentang pengobatan tradisional hasil penelitian orang Belanda itu. Rico hanya sedikit lalai saat ‘serangan harian’ diluncurkan kemarin. Kalau kala itu dia tidak cepat sadar, bisa saja dia harus belajar untuk menggunakan tangan kirinya saja. Aku menjalin hubungan lebih dekat dengan jam tanganku - satu-satunya benda berdetak dan berbunyi selain jantung - lilin, pulpen besi sekarat, kertas, serta parang. Karena memang benda-benda itulah yang fasih kupergunakan disini.

Keakrabanku dengan benda-benda tersebut juga membuatku sadar akan kegunaan lainnya. Misalnya, pulpen besi tidak hanya digunakan untuk menulis. Bila ujungnya diasah dengan menggunakan parang hingga lancip, dapat efektif sekali dipakai menusuk. Parang selain digunakan untuk memotong, cukup baik sebagai asahan atau sebagai alat menyerang jarak jauh jika handle-nya disambungkan pada rantai. Dan siapa kira? Kertas tua juga bisa menahan darah agar tidak terus mengalir. Dengan ketersediaan tumpukan buku tua yang begitu memadai, kertas bagaikan udara.

Yah, seminggu terperangkap disini dengan segala kondisinya mungkin telah menajamkan kreatifitas dan naluri kesadisanku. Darah yang tadinya sangat tabu bagi mataku, kini dengan santainya mengalir di tangan, kaki, bahkan kepala tanpa sedikitpun aku merasa risih. Sekarang aku harus kembali merawat Rico agar ia cepat pulih. Akan kuteruskan nanti. Aku biasa menulis 3-4 kali sehari, selama hanya itu hal berguna yang bisa kulakukan demi membunuh waktu. Semoga kumpulan catatanku akan ada manfaatnya dalam menemukan jalan mengakhiri ironi ini…

Semoga…


*****
®

Aku tidak bisa bergerak. Mati rasa. Tungkai dan lenganku tidak sekooperatif biasanya. Entah karena luka yang kuderita, atau justru karena teknik pengobatan yang buruk oleh Dennis. Perban yang membalut tubuhku kini harus bertambah lagi.

Disela-sela waktu saat aku tidak bisa bergerak seperti ini, kadang-kadang aku tidak habis pikir mengenai betapa bodohnya aku yang selalu bertindak tanpa berpikir lebih dahulu. Potongan-potongan kalimat penyesalan tidak jarang tiba-tiba muncul dalam benak. Seperti “Kalau saja…” dan “Coba jika waktu itu tidak…”. Hal terbaik yang bisa kulakukan sekarang hanyalah mempasrahkan diriku kepada teknik pengobatan otodidak dadakan yang dimiliki Dennis.

Kurang lebih lima jam setelah tak sadarkan diri, mataku menjadi indera pertama yang patuh perintah. Gerakan bolanya nanar melihat seisi ruangan. Tidak ada yang berubah. Nyala api yang menari-nari di atas sebuah wadah lilin kecil dengan bentuk khas tahun 60-an yang ditaruh secara sengaja di atas meja kayu usang, seakan mempunyai daya untuk menggoyangkan ruangan ini. Dennis yang sedang duduk bersimpuh disudut ruangan terlihat sedang mengerjakan sesuatu. Nampaknya ia mencoba membuat obat dari dedaunan lagi. Badanku masih tergeletak lunglai di tengah ruangan ini, tanpa alas yang berarti. Hanya kertas. Pikiranku melayang tak tentu arah. Terang saja, siapa yang sangka kehidupan monoton seorang bocah kampung bisa menjadi sebegini absurd? Sedikit demi sedikit, otakku yang masih lelah mencoba mengingat kejadian seminggu lalu.

Hari pertemuanku dengan Dennis.

Ya, lambat laun semakin jelas. Waktu itu larut telah menjelang, dan aku yang setengah sadar bergerak terseret-seret kearah pintu rumahku. Suara decit ban mobil karena bergesekan dengan kerikil di depan rumah serasa memanggilku untuk memeriksa. Setelah kubuka pembatas rumah yang terbuat dari kayu itu dengan terkantuk-kantuk, sorot lampu depan mobil yang terlihat sengaja diarahkan ke pintu rumah sempat membutakan mataku selama beberapa saat. Pada saat itu posisi Dennis sudah berada di depan pintu. Lampu benderang membuat sosoknya tidak terlihat jelas. Aku yang belum mengenal Dennis, hanya dapat menjawab secara terbata-bata sebuah pertanyaan yang diajukannya saat itu.

Dengan sedikit berbasa-basi, menyilahkannya masuk dan duduk di ruang tamu adalah hal terbaik yang bisa kulakukan. Tapi ia menolak dengan alasan ada sesuatu yang penting dibicarakan namun ia takut mengganggu. Kali ini nada bicaranya menurun. Lalu kusarankan untuk berbicara di sebuah saung tidak jauh dari situ.

Di tengah pemukiman yang sepi, langkah dua orang dewasa, gemerincing lampu minyak, dan suara gelas yang beradu dengan termos berisi kopi terdengar menggema. Sepatu vantouvelnya membuatnya nampak tersiksa berjalan di jalanan desa yang layak menjadi jalur off road. Senandung bersahut-sahutan dari hewan-hewan malam pun sayup-sayup menghilang. Seolah ikut membisu karena ingin mendengar cerita Dennis.

“Maaf jika kedatanganku mengganggu. Maaf juga mengenai lampu itu. Aku tahu itu bukan cara terbaik untuk bertamu. Tadi itu aku masih sedikit emosi.” ujarnya sembari melepas sepatu dan duduk di atas ruang meeting ala kadarnya itu.

“Tak apa, sudah lewat. Ceritakan saja apa maksud kedatanganmu ke sini dan bagaimana kamu bisa mengenal kakekku.” jawabku dengan hati yang agak menggerutu.

“Oke. Pertama, namaku Dennis. Aku datang lagi ke desa ini berkenaan dengan kejadian 10 tahun lalu...” Kemudian ia bercerita panjang lebar mengenai tempat terkutuk itu. Tentang keadaan disana, bagaimana ia hampir dibunuh, kode-kode, dan… tentang temannya, Andri, yang ia tinggalkan disana. Semua kondisinya mirip. Persis dengan yang diceritakan oleh kakek. Hanya saja yang ini terdengar lebih dramatis. Mungkin perasaan bersalahnya terhadap Andri juga telah mencairkan hatiku.

“Beberapa hari yang lalu, ketika aku mengingat-ingat kembali memori pahit itu aku memutuskan untuk membuka kembali koper peninggalan Andri. Kemudian aku menemukan sesuatu yang menjadi alasan utamaku untuk kembali ke sana. Biar kuperlihatkan padamu…” Tangan kanannya meraih tas ransel yang sedari tadi menggantung di pundaknya. Rasa kantukku yang semula menghantui, sontak lebur mendengar ceritanya dan kini berubah drastis menjadi rasa tegang yang memompa. Detik-detik ia menggeser resleting tas itu, mencari bendanya, dan mengambilnya keluar nyaris terasa seperti penantian detik-detik pergantian tahun.

“Ini.” katanya sambil menunjukkan benda yang ia maksud.

“….! Itu…”

*****

“Nah, sudah! Cobalah duduk.” perintahku pada Rico yang sempat mengerang saat kubebat tadi.

“Ukh… terima kasih, ya. Maaf, aku jadi merepotkan lagi.”

“Tidak masalah. Sejak masuk ke sini, kita memang harus memikirkan kemungkinan seperti itu. Hal-hal semacam itu lumrah. Lain kali bisa saja aku yang berada dikondisimu.”

“Yah, pokoknya terima kasih. Selanjutnya apa?”

“Kamu masih terlalu rentan dan lemah. Biar aku saja yang mengambil buku itu.”

“Sudah ada rencana?”

Aku mengangguk tanpa suara. Kutampilkan senyum dan wajah yang meyakinkan. Hidup kami disini sangat bergantung pada buku itu. Karena, ternyata memang ada lagi selain catatan hariannya. Sebuah kode. Sialnya kami belum sempat menafsirkan kode yang tercantum pada buku tersebut. Dan sekarang, buku itu hilang. Rico sakit, sehingga praktis aku harus mencari serta mengambilnya sendiri.

Semoga Rico tidak melihat aku menyilangkan jari ketika ia menanyakan rencana.

Karena aku sama sekali tidak punya rencana.

Hanya keluar, cari, ambil. Aku tahu aku akan butuh rencana nantinya. Tapi waktu tidak boleh dibuang untuk berpikir. Aku harus cepat bertindak. Setelah membantu Rico duduk dengan nyaman untuk beristirahat demi memulihkan diri, aku langsung melangkah pergi. Detak jantung yang mengiringi jalanku, seakan juga bolak balik mempertanyakan keputusanku untuk melakukan ini sendiri. Sebab diluar sana, lengah ibarat dosa. Tapi kumantapkan hatiku.

Didepanku ada pintu. Sebuah penghalang dari kayu berkenop yang memisahkanku dari tempat persembunyian. Kujulurkan tanganku untuk memutar gagang pintu itu dan…

“Hei! Siapa yang mengunci pintu? Hoi, Rico!”

“Kau kira aku bodoh, hah? Kamu tidak punya rencana, kan? Dasar. Seminggu bersamamu sudah membuatku cukup mengenalmu untuk sekedar tahu kalau kamu itu nekat. Pintu itu memang kukunci dan kuncinya kusimpan. Tunggu sampai aku pulih, baru kita rencanakan baik-baik cara mengambil buku itu.” katanya dengan seringainya yang selalu membuatku kesal. Hm, oke. Setidaknya ia benar. Kurasa aku memang butuh bantuan.

“Kapan kau ambil kunci itu?”

“Ah, tak usah tahu. Pokoknya, rawat saja aku disini.”

“Cih, ya sudah. Berbaringlah sana. Aku menulis saja.”

Maka disinilah aku, kembali duduk manis di atas kursi yang hampir rontok karena rayap, dihadapan sebuah meja kayu yang tidak layak dipergunakan menulis karena berlubang-lubang dan bergoyang. Namun keterpaksaanku untuk menulis, mengalahkan ketidaknyamanan ini.

Desa Kabut Misterius, 7 hari setelah malam itu, 03:38 am
Ruangan lembab namun hangat karena lilin kecil yang harus kuganti beberapa saat lagi ini, membuatku ingin tidur. Tidak tahu sebabnya, mengingat buku hilang itu membuatku teringat pula akan ekspresi Rico saat pertama kali kutunjukkan buku itu padanya di atas saung yang kita jadikan ruang tamu. Buku yang ia lihat selama ini hanyalah replika dari buku penelitian sesungguhnya yang waktu itu kubawa serta. Tangannya ligat meraih kumpulan lembaran tua itu seolah sudah ia nanti-nantikan sejak lama. Pun kemudian, kusela antusiasmenya dengan sebuah foto. Hasil refleksi oleh kamera pada secarik kertas itu pulalah yang membawaku kembali kemari.

Tak lama, ia menaruh kembali buku dan foto itu lalu menatapku tajam. Pandangannya menunjukkan bahwa apapun yang akan ia katakan sesudah ini adalah kalimat yang serius. Benar saja, secara jelas dan padat ia menceritakan balik mengenai kisahnya. Juga ambisinya untuk segera kembali ke tempat itu demi mencari orang tuanya. Aku tidak tahu kalau masih ada yang bisa selamat dari sana. Tapi ya sudahlah, karena Andri masih hidup mungkin saja orang tua Rico juga. Malam itu, tanpa ijin dari kakeknya kami berdua pergi menuju pintu masuk desa itu.

Kebetulan sekali bulan purnama bersinar terang. Kami berangkat dengan niat yang berbeda namun dengan tujuan yang sama. Langkah Rico tegas, badannya tegap, serta terlihat siap menghadapi kejutan macam apapun yang akan ia temui di tempat misterius itu.

Sebaliknya aku, pria berlabel anak kota, berjalan ragu menjuju sebuah tempat yang tadinya ingin kudatangi secara menggebu-gebu. Jantungku yang bergejolak dipenuhi rasa takut dan cemas, berdegup kencang melebihi bunyi kaki yang memijak dengan lemas
Singkatnya, kami melewati portal itu dan memasuki area desa kabut misterius. Tempat ini. Aku yang masih gemetaran karena tubuh dan otakku masih trauma dengan kunjungan terakhirku, langsung menunjukkan letak tempat persembunyian yang kutemukan dulu. Tidak ada yang berubah. Kami memutuskan untuk bermalam disana, lalu mempersiapkan rencana.

Hal baru yang kuketahui selanjutnya ialah bahwa orang-orang yang menjadi korban terdahulu tidak membusuk karena mereka akan bangkit lagi. Jalannya waktu yang terpisah antara desa ini dengan dunia luar membuat para warga yang malang tersebut bisa dikatakan…. menjadi zombi.

Mungkin kusudahi dulu. Waktu menunjukkan pukul 04.00 WIB. Aku harus mengumpulkan bahan makanan di luar dengan segera. Kulihat Rico sudah mulai bergerak lincah. Nampaknya ia telah dapatkan staminanya kembali. Dan dari pandangan matanya, aku tahu dia sudah punya rencana…


*****
®

Satu persatu anggota tubuhku berhasil ‘kupaksa’ bergerak. Memang saatnya. Aku tidak mau berlama-lama ditempat ini, terlebih setelah aku mendapat titik terang akan yang seharusnya kulakukan. Jalan kami sekarang sudah lebih terarah berkat ditemukannya kode itu oleh Dennis.

“Hei, Den! Kemari kau.”

“Jadi bagaimana? Kau yakin sudah baikan?”

“Ya, tenanglah. Begini, saat kujatuhkan buku itu kemarin, kurasa para zombi tidak memperhatikan. Sekalipun ya, mereka tidak akan memiliki inisiatif untuk mengambil buku itu. Mereka tidak memerlukannya. Yang artinya, buku itu masih ada ditempat awal dimana kujatuhkan kemarin. Satu hal yang patut kita waspadai adalah karena buku tersebut tergeletak di area yang rawan sekali diketahui oleh mereka.”

“Hm.. Rencananya?”

“Sederhana. Kita merangkak dan merayap dibalik batu-batu nisan. Sesampainya di dekat buku itu, kau lemparkan bom molotov racikanku ke arah lain sejauh mungkin sebagai dalih untuk mengalihkan mereka. Saat mereka bergerak, kita ambil buku itu diam-diam lalu pulang. Selesai.”

“Baiklah. Kita berangkat sekarang. Kau jangan lupa bawa senjata.”

“Ya.”

Kini sebuah rencana telah dibentuk. Masing-masing dari kami membawa senjata untuk berjaga-jaga akan terjadinya kemungkinan terburuk, apapun itu.

Dinginnya hembusan angin fajar yang menyebabkan daun-daun bergesek, menjadikan keadaan di luar jauh lebih riuh dibandingkan keheningan tadi. Kami bergerak dengan tenang, nyaris tanpa napas, dari satu tempat ke tempat lainnya mengikuti alur rencana yang telah kususun. Tidak diperlukan waktu lama untuk berada di tempat yang dimaksud. Segera, Dennis yang telah kuberi tanda melemparkan bom pengalih perhatian tersebut ke arah yang berjauhan dengan tujuan kami. Dengan harapan, suara bising yang dihasilkannya cukup untuk mengalihkan perhatian mereka.

Kenyataannya, taktik itu cukup berhasil. Beberapa dari mereka yang terlihat, mulai menjauhi tempat mereka berdiri tadinya. Tanpa dikomandoi, aku dan Dennis langsung mencoba untuk meraih buku yang menjadi kunci terselesaikannya masalah yang telah menyeretku ke dalam tragedi ini.

Semua terlihat baik-baik saja, sampai…

*****

Aku bagaikan anak domba di kandang serigala. Aku sedang bersembunyi disemak-semak yang berjarak kurang lebih dua meter dari penjaga terdekat. Makhluk setengah hidup itu berdiri di arah jam dua, tiga, sembilan, dan sepuluh. Sedangkan target, arah jam 12. Mereka menggunakan buku itu sebagai umpan untuk menarik kami keluar. Mereka tahu buku itu penting bagi kami. Tangan kananku memegang bom buatan Rico. Aku hanya tinggal menunggu tanda darinya. Yak! Itu aba-abanya! Dengan sekuat tenaga kulemparkan bom itu ke arah kiriku. Sejauh mungkin. Sejurus kemudian aku dan Rico keluar dan berlari demi mengambil buku tersebut.

Tapi… apa yang ditangan kiriku ini? Bom itu! Lalu, apa yang kulempar?

Sial! Sial! Sial! Kegugupanku mengacau lagi! Aku yang melempar senjataku sendiri! Huff… bagaimana dengan mereka? Alih-alih menjauhkan, nampaknya aku malah membuat kita terjebak. Aku harus beritahu Rico sebelum terlambat. “Ei, Ric- ”

“Ssshhh… Diamlah… Aku tahu. Ketahuan, kan? Sudah telat. Aku bisa lihat itu. Mereka cepat sekali kembali. Fokus sajalah.” katanya membelakangiku sambil memutar-mutar rantai yang ujungnya dikaitkan pada parang. Sekarang kami dikepung. Mereka ada disetiap penjuru.

“Ikatkan buku itu ketubuhmu agar tidak jatuh lagi, dan konsentrasi. Ingat, kali ini kau tidak bersenjata. Simpan saja bom itu. Tidak mungkin kita pergunakan sekarang. Nanti mungkin berguna.” tambahnya seraya tetap waspada. Kami berdiri saling membelakangi. Disekeliling kami semuanya adalah eks-warga yang kini jadi berbahaya.

“Dennis! Serang!”

Serangan harian dimulai. Berbagai gerakan cepat diluncurkan. Sayangnya kali ini Rico terlihat kewalahan mengatasi mereka. Lukanya jelas belum sembuh sepenuhnya. Untunglah aku tidak butuh waktu lama untuk merebut senapan. Sembari mempertahankan diri, perhatianku terus tertuju pada Rico yang benar-benar tidak seperti biasanya. Gerakannya terlalu mudah dibaca.

“Aaaaaah!”

Itu suara teriakan Rico! Gawat! Ia terjatuh dan senjatanya terlempar dari genggamannya. Dan… ukh! Kedua tanganku berhasil mereka pegang. Aku lengah karena memperhatikan dia. Kini aku hanya bisa diam termangu melihat kawanku tersungkur dalam keadaan lemah menunggu untuk dihabisi oleh makhluk tak berotak dengan senjatanya sendiri. Tidak ada yang bisa kulakukan kecuali memberontak dan berteriak minta tolong sekalipun aku tahu tidak ada siapa-siapa lagi disini.

Apakah ini akhirnya? Kami berdua mati sia-sia bahkan tanpa mengetahui kode yang diberikan? Sampai disini saja? Tidakkah mungkin aku bertemu Andri lagi? Atau setidaknya… tidakkah mungkin aku kembali ke rumah? Aku merasa bersalah telah menyeret Rico kesini. Ia orang yang baik. Air mataku tak terasa mulai berlinang menyesali perbuatan gegabahku untuk kembali ke tempat ini dan menambah satu lagi korban tak berdosa karena ambisi kosongku. Maafkan aku, sobat… Aku tidak bisa menolongmu… Mataku tak kuasa melihat ketika benda tajam itu diayunkan ke arah lehernya. Kupalingkan mukaku sambil memejamkan mataku.

GEDEBUM! Suara benturan yang keras membangkitkan refleksku untuk kembali melihat. Zombi yang tadi hendak menyerang Rico terlempar jauh karena bertubrukan dengan sesuatu. Itu sebuah batu. Namun bukan sembarang batu. Itu batu kali yang beratnya bisa mencapai ratusan kilo! Apa? Siapa? Siapa yang melakukan itu? Rico? Tidak mungkin dia. Posisinya masih belum berubah dan raut wajahnya menggambarkan kebingungan sama besar dengan yang kumiliki. Kepalaku menoleh-noleh mencari siapapun atau apapun itu yang mampu melempar benda seberat ratusan kilo dengan kecepatan mendekati peluru. Yang pasti, kurasa ia ada di pihak kami.

Akhirnya pandanganku terhenti pada sebuah sosok dikejauhan. Itu sesosok orang! Berdiri dengan tegap mengarah pada kami. Itukah Andri? Sosok itu mengeluarkan suara, yang kemudian dibalas dengan teriakan Rico yang membuatku takut dan terheran-heran…

*****
®

“Ah.. inilah akhir hidupku..” begitu pikirku kala jarak mata parang dengan leherku tinggal sejengkal. Tapi tidak, aku masih selamat. Ada yang menolongku. Siapa? Dennis masih dipegangi oleh beberapa dari mereka. Aku melihat kebelakang. Ada sebuah sosok manusia yang berdiri tegak dan terkesan horor karena tampangnya terbayang-bayangi oleh obor yang dipegang tangan kirinya. Apakah ia dewa penolong yang bersembunyi disini selama ini dan mengawasi kami?

“Tidak secepat itu, payah!” sosok itu bersuara sambil berjalan mendekat. Lama kelamaan siluet tubuhnya makin tercitra dengan jelas dalam otakku. Aku kenal dia!

“Kakek! Kakek… kenapa bisa ada disini?”

“Ka-kakek? Di-dia kakekmu? Dia manusia, kan?”

“Sudah, kalian diam dulu. Cucu-cucuku, kita ada sedikit urusan disini.”

“Ya, benar.” Maka pertarungan yang sempat terhenti berlanjut lagi. Kedatangan kakek telah merubah tempo pertarungan. Gerakannya, kelihaiannya, dan kekuatannya, sangat tidak senada dengan umurnya. Jika kakek tidak pernah menceritakan tentang siapa dia sebelumnya, aku pasti mengira aku bermimpi. Sialnya, mereka tidak pernah bisa betul-betul dikalahkan sebab mereka memang tidak hidup. Saat keadaan memungkinkan untuk kabur, kakek memerintahkan kami untuk kembali ke ruang bawah tanah. Pertarungan kali ini ditutup dengan cantik oleh bom yang tadi tidak jadi dilempar oleh Dennis. Kali ini dia tidak salah lempar. Itu sangat memudahkan pelarian kami.

“Huuuh… sampai juga. Nak, buku itu masih ada padamu?”

“Ya, tapi cerita dulu. Anda kakeknya Rico? Mengapa Anda bisa berada disini?”

“Sederhana. Saat kau datang kerumahku beberapa waktu lalu, tanpa sengaja kau juga membangunkanku. Waktu kau dan cucuku pergi, aku memutuskan untuk mengikuti kalian dari belakang. Singkatnya, kalian kakek buntuti hingga sekarang. Kakek yakin kalian akan butuh bantuan kakek.” ujarnya dengan nada suara yang tenang. Apa yang terjadi selama beberapa waktu terakhir telah membingungkanku. Kami semua terdiam sejenak. Saling menunggu seseorang diantara kami untuk membuka pembicaraan lagi. Dennis nampaknya masih tidak percaya bahwa orang ini adalah memang orangtua biologis dari orangtua kandungku. Itu lumrah, sebab pertama kali aku berjumpa dengannya empat tahun lalu pun aku tidak percaya.

“Aku sudah menceritakan bagaimana aku bisa ada disini. Sekarang, tolong berikan buku itu pada kakek, ya? Kakek mau lihat.” ucapnya pada Dennis yang kali ini dihiasi dengan senyum bersahabat. Dennis yang kutahu pikirannya entah sedang mengawang kemana itu akhirnya menyerahkan sebundel kertas tua tersebut pada kakek – dengan tangan yang bergetar.

“Ini. Tapi aku menyarankan kita melihat foto yang kuselipkan ini dulu. Inilah penyebab keyakinanku datang kekediaman kalian dan bahwa Dennis masih hidup.” tangan Dennis menjulurkan secarik kertas foto dengan tanda dari spidol merah.

“Foto ini kuambil saat perjalananku dengan Andri ke desa ini yang pertama kali. Awalnya kukira tidak ada yang salah. Tapi lihat dua tanda yang kulingkari itu, pertama, tangan kanan Andri berubah posisi menjadi menunjuk jam tangannya yang ada ditangan kiri sekalipun tidak ketara. Kedua, angka pada jam digital yang dikenakan Andri berubah. Kami berfoto saat sore hari, kalian lihat matahari yang mau terbenam itu kan? Namun jam tersebut menampilkan angka 00:45, tidak mungkin jam itu salah sejauh itu.”

“Lalu apa pemikiranmu?” potongku yang sudah mulai tidak sabar. “Kupikir tidak banyak yang bisa Andri kaitkan dengan angka 45. Jadi langsung kutujukan pada halaman dibuku. Saat kubuka halaman 45, aku menemukan angka-angka berikut” katanya sambil membuka halaman tersebut. Kakek dan aku langsung mendekat dan melongok karena penasaran. Disana tertulis:

18 20 05 04 05 18
01 15 22 05 05 09
03 20 05 20 04 10
11 26 14 23 05 .

“Aku bingung maksudnya apa, maka kuubah angka-angka tersebut ke alfabet:”

r t e d e r
a o v e e i
c t e t d j
k z n w e .

“Nah, setelah ini aku tidak tahu harus apa lagi. Huruf-huruf itu masih belum dapat dibaca. Aku tidak mengerti, mungkin langkahku salah. Mungkin semua angka itu memiliki maksud lain. Itu sebabnya aku datang padamu karena kukira kamu tahu atau setidaknya membantu.” jelasnya.

Aku juga sama tidak mengertinya dengan Dennis. Bila aku sendiri, malah mungkin tidak akan sampai menemukan halaman 45 ini. Menemukan pun, aku tidak tahu harus dibagaimanakan. Kakek terlihat berpikir keras. Kedua tangannya dipertemukan didepan wajahnya dan jempolnya digunakan untuk menopang dagunya yang renta.

Satu menit berlalu, tiba-tiba kakek merubah posenya kearah Dennis dan berkata, “Tidak, yang kau lakukan sejauh ini sudah benar. Memang sudah seharusnya begini. Sejak kedatangan kalian kemari, apakah ada posisi dari barang-barang yang kalian ubah?”

“Hemm… tidak, Kek. Mengapa?” jawab Dennis yang langsung ditambah dengan pertanyaan yang mewakili rasa ingin tahuku.

“Kalian ingat berasal dari mana orang yang menuliskan sandi ini? Van Sandick berasal dari Belanda. Kode ini juga ditulis dalam bahasa Belanda. Itu sebabnya kau tidak dapat menemukannya, Dennis. Kakek mengetahui sedikit bahasa Belanda saat jaman penjajahan dulu.”

“Lalu apa yang ditulisnya, Kek? Apa?” bentak Dennis yang tidak tahan atas rasa penasarannya.

Rack tot zeven, de tweede rij. Rak ketujuh, baris kedua.”

*****

Setelah mendengar pemecahan dari teka-teki itu, aku dan Rico langsung bergerak cepat laksana elang yang mengincar mangsa. Mata kami semua tertuju kearah satu-satunya lemari tua yang berdiri gagah disisi ruangan. Setelah mengurutkan dengan hati-hati dan tegang, buku mana yang ada pada rak ketujuh dan baris kedua, tanganku terhenti pada sebuah buku bersampul hitam dengan ujung bingkai berwarna emas dan bagian pinggirnya juga disepuh emas walaupun sudah lumayan memudar.

Buku ini terlihat lebih lama dari yang lainnya, sehingga sangat rapuh dan kelihatan mudah sekali dirusak. Tapi ada sesuatu yang menyembul keluar di balik halaman-halaman tua tersebut. Semacam pembatas buku sederhana dari daun yang umurnya jauh lebih muda dari bukunya. Langsung saja aku mengira bahwa halaman inilah yang dimaksud. Ada selembar kertas yang ditaruh diantara halamannya. Nampaknya, Van Sandick telah menerjemahkan halaman berisikan tulisan asing tersebut dalam selembar kertas yang terlipat delapan. Kami sekali lagi meminta kakek untuk membacakan isi dari lembaran tersebut lantaran tulisan itupun berbahasa Belanda.

“Aku menemukan buku ini dalam salah satu perjalananku menemui suku Aborigin di Australia. Menurut yang tertera disini, mantra tersebut pada dasarnya bertujuan untuk melambatkan jalannya waktu disuatu tempat tertentu sekaligus memberikan pelempar mantra serta yang ada disekitarnya, sebuah keabadian - atau lebih tepatnya, keabadian yang terbatas. Ya, mantra ini sebenarnya memiliki limit waktu. Konon, beribu-ribu tahun sebelum masehi ada sebuah peradaban yang besar terletak berdekatan dengan Amesbury di Wiltshire, Inggris, sekitar 13 kilometer barat laut Salisbury. Dukun mereka – atau apapun sebutannya – memenuhi titah penguasa setempat untuk menjadikan seluruh penduduk beserta dirinya abadi. Tanpa memahami konsekuensinya, dukun tersebut menaati perintah sang raja. Dan segalanya lancar, setidaknya hingga batas waktu menghampiri.

Dalam sekejap, terbentuk sebuah lingkaran hitam di angkasa yang berotasi ditengah kota tersebut. Angin bertiup kencang dari segala arah seperti tak sabar menanti-nanti saat ini. Dedaunan, ranting, perabot, bahkan kemudian pohon dan ternak berterbangan liar bagaikan baru lepas dari belenggu. Bak kolam yang ditarik penyumbatnya, angin itu mulai menarik semua yang melayang olehnya kedalam pusaran lubang hitam dilangit. Semua yang berhubungan langsung dengan mantra itu tidak selamat. Tak sampai hitungan jam, kota besar itu rata dengan tanah seakan-akan ia tidak pernah berdiri. Yang tersisa hanyalah bebatuan melingkar yang tadinya merupakan bagian dari kota – entah itu benteng, pusat kota, atau pondasi kediaman raja. Mungkin bebatuan tersebut lebih dikenal dengan… Stonehenge.”


“Stonehenge? Yang benar saja, Kek!” seru Rico sambil mengangkat tangan ke udara.

“Hus! Diamlah. Biarkan kakek melanjutkan.”

“Sulit dipercaya memang, bahwa ternyata asal muasal stonehenge berhubungan langsung dengan kejadian ini. Tapi begitulah adanya. Legenda nasional, Rara Jonggrang, sebuah kisah yang menceritakan mengenai seorang pangeran yang diharuskan membangun seribu candi dalam semalam, juga disinyalir menggunakan mantra yang serupa. Hanya saja, pangeran tersebut memakainya sekadar memanjangkan waktu yang diberi Rara Jonggrang, sehingga tidak sampai batasnya.

Cara untuk membatalkan kutukan ini hanyalah dengan membunuh pelempar mantra sebelum sinar matahari terakhir meredup di hari tahun berulang kembali menjadi nol.”


“Apa sih? Kek, semua ini semakin aneh! Kakek yakin ini bukan omong kosong?”

“Rico, kakek sedang berpikir. Kita sudah sejauh ini, tenangkan dirimu dan mari kita pikirkan maksud dari kalimat terkahir.” Kini kebimbangan terpancar dari air muka orangtua itu. Optimismenya hilang bersama keruwetan baru yang dihadapinya. Buku itu diletakkannya dan kedua sikunya menopang kepalanya.

“Hei, nak Dennis. Bagaima– “

“Aku tahu! Aku tahu maksud dari tahun kembali menjadi nol.”

*****
®

Seolah tenggelam oleh pembacaan kakek, Dennis yang tadinya terlihat antusias berkomentar, sekarang diam seribu bahasa. Sorot matanya menunjukkan ia sedang berkonsentrasi berpikir. Jemarinya disilangkan didepan wajahnya yang sedang menunduk seperti sedang berdoa. Tangannya bergerak cepat mencoret-coret sesuatu diatas kertas yang tidak kumengerti seakan sengaja menambah guratan di meja dengan pulpennya. Aku sama sekali tidak ahli menyelesaikan teka-teki macam ini. Tak dinyana, badanku yang terkulai lemas serasa disetrum oleh harapan ketika Dennis mulai mengeluarkan suara bagai pemanggang roti seusai memanggang.

Dia tahu jawabannya.

“Sejauh ini, tahun telah kembali menjadi nol sebanyak dua kali.” Dia mendehem-dehem lalu melanjutkan. “Yang pertama, perubahan dari tahun sebelum masehi, ke tahun nol, ke tahun satu masehi. Yang kedua, perubahan dari tahun 999, ke tahun 1000. Ya, kalimat terakhir tersebut mengindikasikan pergantian millenium. Dalam kasus ini, dari tahun 1999 ke tahun 2000. Perhatikan bagaimana kita menyingkat penulisan tahun dari ’99 menjadi ’00.”

“Selamat Tuan Sherlock. Lalu kapan tepatnya masa yang ditunggu-tunggu itu terjadi?” ujarku sinis sembari menunjukkan seringai yang kutahu tidak ia sukai.

“Pada halaman 45 itu ada sebuah kode lain yang telah kupecahkan setelah menyambungkannya dengan cerita kakek. Sebuah rumusan jalannya waktu didesa ini. Perbedaan waktu antara desa dengan dunia nyata semakin lama semakin tipis, lalu pada akhirnya akan sama dan… BAM! Desa ini akan hancur oleh pusaran angin yang sama.” Terangnya sambil mengepalkan kedua tangan tepat didepan matanya.

“Itu semua akan terjadi pada pergantian tahun. Atau mungkin lebih tepatnya, pergantian millenium, ketika tahun kembali menjadi nol.”

”Setelah kuhitung, maka waktu yang kita punya sebelum batasnya sekitar…” Dennis menghentikan analisisnya, melirik jam tangan, dan membuat kami kaku dalam penantian laksana peserta undian lotere. “Tujuh puluh lima menit lagi. Tidak lebih, namun terus berkurang.”

“Tinggal 75 menit? Secepat itukah? Memang sudah dua hari yang lalu kita kemari, tap–“

“Ssst..” Dennis menaruh jari telunjuknya didepan bibirku, membuatku merasa seperti anak kecil yang akan diomeli karena mengganggu ayahnya. “Aku tidak mungkin salah hitung. Sekalipun ya, akan lebih buruk dampaknya jika lebih cepat dari perhitungan. Kau baru saja membuang lima detik yang berharga untuk mendebatku.”

Kakek mengangkat bahu menandakan setuju, “Dia benar, Nak. Kita bahkan tidak memiliki cukup waktu untuk memikirkan rencana. Kakek pikir ini saatnya untuk memastikan lukamu telah tertutup rapat. Kita akan butuh setiap kesempatan yang ada.”

Dennis terlihat jauh lebih tenang dibandingkan saat pertama kali kita sampai di desa. Mungkin rasa terdesaklah yang membuatnya begini. Aku mundur dari hadapan mereka yang melihatku beberapa langkah, meminta waktu sedikit untuk menenangkan diri. Punggungku kubenturkan kedinding dan perlahan-lahan merosot hingga aku terhenyak dilantai. Penglihatanku kosong. Mataku melihat salah satu sisi dinding didepanku yang dipenuhi tetumbuhan namun sebenarnya menerawang lebih jauh dari itu. Kemana keberanianku? Untuk beberapa saat setelahnya, suasana hening diruangan bawah tanah menjadi semakin hening hingga kata-kata dalam hatiku pun terkesan menggema. Aku mengingat-ingat kembali tujuanku pergi ketempat ini. Orangtuaku. Nuansa hatiku yang beragam nan labil telah memburamkan maksud awalku. Aku harus menemukan mereka. Harus. Aku ingin menikmati kehidupan dengan kedua orangtuaku yang telah hilang dari duniaku. Kehidupan yang selalu membuatku tertegun iri ketika melihat anak kecil yang digandeng kedua orangtuanya.

“Hei, Bung. Lantas?” ucap Dennis sambil menepukkan tangan kirinya dipundakku, menarikku kembali ke alam nyata dari lamunanku.

“Ayo kita lakukan.” Jawabku tegas yang entah mengapa serasa ditenagai oleh medan tak terlihat. Kami langsung berjalan menuju pintu keluar dengan dihantarkan oleh pekikan tangga gaek yang keropos saat kami injak. Pendeknya, kami bertiga keluar lagi dari persembunyian membawa senjata. Kali ini kami bisa disetarakan dengan tentara yang pergi ke zona perang tanpa diberi hak untuk pulang kecuali menang atau tak bernyawa.

Sisa 65 menit yang ada membuat kami mendadak menjadi orang yang menghargai waktu.
Ini pertama kalinya aku melihat cahaya matahari sejak berada di desa. Tidak terlalu terang atau terik dan sesekali tertutup awan, tapi sudah cukup membuatku nyaman. Antara tak sabar, tidak tahan, atau muak terhadap segala kondisi, kami berlari menuju rumah yang Dennis sebut sebagai rumah pria setengah terbakar ketika dulu tiba disini. Derap langkah tiga pasang kaki kami sontak berhenti ketika mata kami menangkap bayangan orang sejauh sembilan meter menghalangi jalan kami.

“A-Andri!” seru Dennis, yang disusul oleh senyum yang merebak diwajahnya. Ia kemudian berlari menuju kawan lamanya itu dengan perasaan senang setelah sepuluh tahun tidak bertemu – yang tentunya terasa lebih lama bagi Andri. Secara reflek aku ikut tersenyum, teringat kembali akan kesempatan bertemu kedua orangtuaku dan setelah melihat Andri, kesempatan itu terasa makin besar.

Dennis merentangkan kedua tangannya lebar-lebar untuk memeluk Andri yang mengangkat tangan, tapi tidak terlihat seperti menerima pelukan Dennis. Ada apa? Posisi tangannya cenderung mengacungkan sesuatu dibandingkan memeluk. Dan dia memang mengacungkan sesuatu pada Dennis.

Sebuah pistol.

*****

“Andri? Kenapa dengan pistol itu?” tanyaku yang sekarang dipenuhi tanda tanya. Dia diam tak menjawab. Kuhentikan lariku dan kuturunkan tanganku. Kedua tungkai kakiku berjalan mendekat, merasa was-was karena tidak mengerti apa yang terjadi. Kucoba untuk kembali bertanya dengan senyuman ragu terpampang. “Ayolah, Dri. Jawab aku. Apa yang terjadi? Kau bercanda, kan? Pulanglah bersamak– “

Keadaan sekitar terasa vakum ketika Andri tanpa ragu menarik pelatuk, menyebabkan sebutir peluru melayang dengan pasti kearahku. Sepersekian detik kemudian, peluru itu mengenai bagian kiri dadaku, sedikit diatas jantung, menyebabkan senjataku terlempar dan aku terhempas ketanah yang lalu basah oleh darahku. Aku yang teramat bingung, sedih, takut serta kesal, hanya bisa membuka mulut tanpa berkata sepatah katapun. Baru setelahnya Andri mulai angkat bicara.

“Kemana saja kau, hah? Meninggalkanku sendirian ditempat mengerikan ini. Bertahun-tahun tanpa seorang teman. Disekelilingku hanya ada makhluk yang tak bisa diajak bicara. Tidak ada satu manusiapun yang benar-benar hidup selain aku. Tidak ada satupun penyintas. Berminggu-minggu sejak aku ditawan, barulah aku bisa meyakinkan suami-istri itu bahwa aku hanya seorang pendatang yang tidak memiliki maksud apa-apa. Kini aku dirawat oleh mereka. Mereka bersedia merawatku karena teringat oleh anak mereka yang tidak jelas rimbanya. Mereka pula yang mengatakan betapa pengecutnya engkau saat kabur padahal kau dengar aku meminta tolong. Tidak kusangka engkau begitu egois memikirkan dirimu sendiri untuk keluar dari tempat ini walaupun jelas sekuat apapun mereka dan setakut apapun kau pada saat itu, yang kau kendarai itu mobil yang beratnya berton-ton. Kalau kau mau, kau bisa mengalihkan mereka dan mencariku. Tapi ternyata tidak. Aku terlalu naif mempercayaimu sebagai sahabat baikku, Den!”

Aku turut sedih saat ia bilang tidak ada yang hidup atau sintas selain dirinya. Bukan simpati, tapi itu berarti menyiratkan kedua orangtua Rico juga telah mati. Kuyakin kecemasan dan kekosongan kini menjangkiti tubuhnya. “Dri, aku mengaku salah. Aku panik jadi tidak bisa berpikir jernih. Kukira– “

“Diam! Simpan semua perkiraanmu! Lama terkurung disini membuat pandanganku skeptis dan rasa benciku padamu bertumpuk. Akan kutembak temanmu itu, lalu kakek-kakek disebelahnya agar kau bisa merasakan ditinggal oleh temanmu, orang yang kau pikir bisa kau andalkan.”

Andri berjalan melewatiku yang tersungkur ditanah menuju Rico dan kakek. Senyum kekejaman yang ditampilkannya membuatku merasa terhina pernah menyesal meninggalkannya. Badanku sakit, tak dapat bergerak. Namun hatiku jauh lebih sakit karena harus menghadapi kenyataan ini. Sepuluh tahun kulewati sia-sia. Bahkan sahabatku sendiri yang akan membunuh Rico, yang rela menemaniku kemari disaat semua yang kuajak bicara menganggapku sinting. Aku tidak boleh membahayakan mereka lagi. Dengan segenap kekuatanku yang tersisa, aku beranjak menerjang Andri sehingga pistolnya terlempar meskipun sempat tertembak ke udara.

“Lari! Jangan membantah! Waktu kita tidak banyak!” teriakku pada mereka. Sejenak mereka terdiam, mengangguk ke arahku lalu berlari melewatiku yang sedang bergelut menahan Andri.

Air mata tanpa diperintahkan mengalir deras tak bisa dihentikan ketika aku melakukan pertarungan bare hand dengan Andri. Aku tidak pernah menyangka akhirnya akan seperti ini. Di mimpi juga aku tidak sudi. Andri, teman baikku sejak kecil, kini menjadi musuh yang suka tidak suka harus kukalahkan di tanganku sendiri. Disela-sela pertarungan kami, aku masih terus mencoba untuk meyakinkan dan mengubah pendiriannya, namun ia tak bergeming. Kami berdua sama-sama kelelahan. Ketika dia lengah, kumanfaatkan saat itu untuk menancapkan pisau tepat ke jantungnya, menghentikan segala aliran darah yang menjadi sumber kehidupannya. Dia sempat berusaha, lalu oleng nyaris jatuh. Kutopang tubuhnya yang telah tak bernyawa itu dengan penuh kemirisan. Darah dan air mata bercampur membasahi lenganku, serasa ingin mati saja setelahnya. Tidak, aku masih punya tanggung jawab. Kuletakkan dia diatas tanah dan kubisikkan kata ‘maaf’ di telinganya sebelum kembali berjalan tergopoh-gopoh untuk menyusul Rico.

Ternyata keadaan disana lebih parah.

*****
®

“Benarkah itu? Benarkah apa yang dikatakan temannya Dennis? Bahwa tidak ada yang lain selain dirinya? Bohong. Itu pasti bohong. Tapi untuk apa dia berbohong? Dia sudah lama mendiami tempat ini sehingga pasti akan sadar bila ada orang lain selain dirinya. Tapi… tapi…” kuulangi pertanyaan itu didalam hati berkali-kali seperti sedang menghapal sebuah teks drama. Drama yang tragis.

Sambil terus berlari, aku mengeluarkan opini-opini pembangkit semangat yang dengan cepat kupatahkan sesudahnya. Nampaknya aku harus menghadapi kenyataan bahwa kedua orangtuaku telah meninggal. Akupun tak yakin berapa lama mereka bisa bertahan seperti Andri. Bahkan selama seminggu hidup disini, depresi telah menyambangiku dihari ketiga. Sedikit banyak aku mulai berempati terhadap Andri. Kuharap dia tidak benar-benar serius tadi.

Seakan bisa membaca kegalauanku, kakek memalingkan mukanya ke hadapanku dan tersenyum getir. Dari bahasa tubuhnya aku hampir bisa mendengar dia mengatakan, “Tenang, ya? Masih ada kakek.”

Aku lupa kalau memang seharusnya kakek-lah yang lebih pantas menjadi guide. Anak di cerita Andri tadi pastilah maksudnya kakek. Aku bisa menangkap rasa bersalah di rona wajahnya. Katakanlah, secara tidak langsung kakek yang mengurung Andri. Hatiku sedikit lebih tenang karena satu dan lain hal. Bisa dibilang aku tidak memiliki kenangan yang berarti dengan orangtuaku – yang melihatnya saja tidak pernah – dan tekadku itu hanya letupan hasrat sesaat. Sekarang aku cuma ingin kembali kerumah, menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja dengan kakek dan nenek, melupakan segalanya, serta mensyukuri apapun yang ada. Pengalamanku ditempat ini sudah cukup untuk seumur hidup. Hatiku merindu akan ketenangan jiwa sebelum mengetahui sedikitpun mengenai perkara ini.

“Kita sampai. Ini tempatnya, bersiaplah.”

Kakek menghentikan pergerakannya lantas berdiri tegak memasang kuda-kuda. Didepan kami berbaris para zombi yang sudah menunggu kami dengan ditengahnya ada dua orang yang terlihat berbeda. Dari sikap kakek aku bisa menyimpulkan bilamana mereka adalah orangtua kakek, atau buyutku. Seorang pria tua kurus yang bertatapan dengan kakek semenjak awal, memulai perbincangan dengannya menggunakan bahasa yang tidak dapat kumengerti. Kakek menjawab dengan bahasa yang sama lalu direspon dengan amarah oleh pria itu; kuketahui dari tubuhnya yang bergetar serta gemertak rahangnya yang tegas. Ibu-ibu disebelahnya hanya diam, menampilkan ekspresi terkejut tak percaya.

Tak perlu menjadi seorang ahli sulih bahasa untuk tahu bahwa satu kata yang diteriakkannya keras-keras seusainya adalah kata ‘serang!’ atau semacamnya. Bagaikan anak panah yang dilepaskan dari busur, para makhluk suruhan itu berlari menuju kami – pasti bukan dengan maksud menyambut seorang kawan lama. Aku langsung membaca situasi kemudian mempersiapkan diri menghadapi pertempuran terakhir ini. Kemana perginya Dennis? Berhasilkan ia, anggaplah, merekrut Andri? Kami membutuhkan setiap pertolongan yang bisa diberikan. Atau jangan-jangan, ia malah terbunuh?

Pesta tetap berlanjut walaupun kekurangan orang. Segala upaya kukerahkan melawan mereka. Percikan api dan suara yang mengundang rasa ngilu terkadang keluar dari senjata yang saling beradu. Area itu ibarat berubah menjadi arena colloseum, dimana nisan-nisan yang mengelilingi desa tersebut berubah menjadi penonton yang menyoraki dua orang gladiator yang sedang dikeroyok oleh segerombolan bandit – layaknya adegan andalan ciri khas film kung-fu – dengan sepasang raja-ratu menonton di kursi VIP dengan tatapan orangtua otoriter yang menghukum anaknya. Mataku sesekali mengerling ke arah kedatangan kami, menanti kehadiran Dennis. Sebab sekarang berbeda. Biasanya kami hanya bertarung untuk mengambil makan kemudian kabur.

Untukku berat, karena aku tidak tahu mengenai cara menyudahinya sebelum didahului oleh terkurasnya stamina. Bagi kakek mungkin pertarungan ini seperti remis dalam pertandingan catur, mengingat status yang hampir sama diantara mereka.

Tiba-tiba para warga desa itu terdiam, lalu serempak jatuh bagaikan mainan yang dicabut stop-kontaknya. Penglihatanku memindai sekitar, mencoba membaca-baca keadaan. Tetapi ekspresi kami semua sama, bimbang. Tidak ada tanda-tanda ini sudah direncanakan oleh siapapun sebelumnya.

“Apalagi sekarang?” tanyaku.

Alam seolah mendengar pertanyaanku dan menyambutnya.

*****

Aku sejatinya senang melihat Rico dan kakek masih selamat, ditambah lagi para zombi telah terkapar disekeliling mereka. Tapi bukankah mereka seharusnya tidak dapat mati? Yah sudahlah, setidaknya itu bagus. Aku lihat mereka berdua sudah bertemu dengan pasutri yang kuceritakan. Sekarang permainan diisi oleh lima pemain, dengan kondisi tiga lawan dua. Sekalipun dua diantara kami bertiga sudah bersimbah darah, keuntungan ada di pihak kami dan itu biasanya menenangkanku.

Sayangnya kali ini tidak.

Bulu kudukku berdiri seperti memperingatkanku akan sebuah kejadian. Aku yakin bahwa sesuatu akan terjadi. Sebuah sensasi aneh yang lebih parah dari kerusakan fisik sehingga mempengaruhi pemikiranku. Pertanyaannya sekarang adalah: Apa?

Aku memperhatikan daun yang gugur disebelahku. Mulanya diam, lalu lambat laun berputar-putar. Kini aku merasakannya. Angin bertiup tak tentu arah menyebabkanku sedikit menggigil. Perubahan itu rupanya juga dirasakan oleh mereka semua. Tiupan kecil itu meningkat secara konstan menjadi halangan yang patut diperhitungkan. Aku mulai menguatkan pondasi kakiku, dan memposisikan lengan kananku melintang didepan dahiku melawan arus angin hanya untuk sekadar berdiri. Jelas ada yang salah.

Benar! Itu dia! Aku harus beritahu mereka. Aku kemudian sadar bahwa sudah tidak dapat berkelahi lagi. Aku terlalu lemah, bahkan untuk berbicara. Suaraku seakan enggan untuk meninggalkan tenggorokanku. Tidak, tidak lagi. Kukumpulkan segenap kekuatan lalu berteriak pada mereka, “Rico! Kakek! Kita harus bergegas! Waktunya tinggal lima menit lagi!”

“Dennis! Kau selamat!” kata Rico sembari menengok kearahku. Ia tersenyum lega.

“Bagaimana dengan Andri?”

Aku menggeleng penuh penyesalan. “Jangan pikirkan dia! Waktu semakin menipis!” Pastinya kematian para zombi menandakan pengaruh mantra sudah melemah.

Awan gelap yang setia menutupi desa ini bergerak menuju satu titik tepat diatas kami. Semuanya berduyun-duyun datang dari pelbagai arah bak domba yang dipandu gembala. Mereka membentuk sebuah pusaran angin raksasa dilangit dengan sebuah lubang hitam yang diramaikan oleh kilatan petir ganas disekitarnya. Persis seperti didalam cerita. Beberapa nisan mulai terangkat dan meninggalkan tempat dimana seharusnya mereka berada. Sedangkan sinar matahari agak memudar seperti pergi lantaran tidak ingin mengganggu euforia yang terjadi. Sebuah pohon kelapa yang sedari tadi bergoyang-goyang gelisah tertiup badai akhirnya tercabut dari singgasananya. Jeleknya, ia tumbang ke arahku.

“Aaaahh!” teriakku sejadi-jadinya. Pohon itu menghimpitku dan kurasa kakiku patah. Rico langsung berlari menghampiri. “Dennis! Kau tidak apa-apa? Bertahanlah! Kek! Hanya kau harapan kami! Hanya kau yang bisa melawan mereka! Lakukanlah! Aku disini menolong Dennis!”

Suara Rico tenggelam ditengah hingar-bingar deru angin. Kakek tidak berkata-kata, namun langsung bertindak. Ia menabrak ayahnya lalu meninjunya di wajah berkali-kali sebelum perlawanan diberikan. Mereka berkelahi dengan sengit seakan terlihat lebih seperti musuh bebuyutan daripada hubungan ayah-anak. Keduanya tampak keras kepala.

Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk mulai menggunakan senjata, yaitu segala yang dapat mereka raih dan gunakan untuk dilempar. Berawal dari kapak, golok, bahkan tubuh zombi yang mendingin itu. Kejadian ekstremnya adalah mereka mencabut pohon kelapa berukuran sedang dengan sebelah tangan serta memainkannya seperti pedang seringan tusuk gigi. Ibu-ibu itu hanya terbujur kaku menyaksikan konflik tersebut. Mungkin kaget, bingung harus membela yang mana sehingga dia memilih untuk diam.

Jamku menunjukkan saatnya untuk khawatir. Tinggal 15 detik lagi.

Aku benar-benar panik. Kakek harus cepat-cepat membunuhnya, jika ia tidak ingin kejadian ini membunuh kita semua. Empat detik telah berlalu, belum ada tanda-tanda perkelahian akan berakhir ditangan kakek. Sepuluh detik terakhir, telingaku serasa tuli. Kebisingan yang sedari tadi melanda sekejap hilang dari pikiranku, digantikan oleh suara detak jantungku yang teramat keras lagi jelas. Denyutnya berdetak pelan mengikuti alur kecepatan detik seolah membantuku menghitung mundur kehancuran kami.

Lanskap didepanku seperti berubah menjadi slow-motion dengan tidak adanya kemungkinan bahwa adegan kekerasan itu akan berakhir dalam waktu dekat. Mereka imbang.

Tiga detik sebelum tombol reset ditekan, menelan ludah pun merupakan pekerjaan yang berat bagiku. Tiba-tiba sebuah pisau dapur besar dengan kecepatan mengagumkan melesat dan menembus dada ayahnya kakek dari belakang. Yang lebih mengejutkan lagi adalah karena itu dilakukan oleh istrinya. Nampaknya dia mengambil sebuah risiko dari tindakan yang mungkin belum dipahami sepenuhnya. Alis beserta bibirnya membentuk ekspresi bersalah, tapi yakin telah melakukan sesuatu yang terbaik. Pria tua itu mengerang keras sebelum jatuh ke tanah. Jarum detik di jam tanganku berhenti tepat satu detik sebelum batas waktu. Kelihatannya medan listrik yang terlampau kuat disini telah mengacaukannya. Sekarang apa? Bolehkah aku tersenyum demi merayakan kemenangan?

Untuk beberapa saat lamanya, badai mereda sehingga terbitlah senyum di wajahku dan Rico saat kami secara kompak bertatapan. Parahnya, ungkapan ‘permainan belum berakhir hingga peluit berbunyi’ membuktikan kebenarannya. Bagaikan sengaja mempermainkan kami, lubang yang mengecil di angkasa itu sekarang kembali membesar dua kali lipat dari semula. Angin yang sempat berhenti kini bertiup lebih kencang. Tapi… tunggu! Ada satu komponen yang kurasakan berbeda. Kurasa Rico juga merasakannya.

Sesuatu yang diluar rencana telah terjadi. Is it the worst case scenario?

*****
®

Aku tadinya merasa yakin segalanya telah usai.

Dennis bilang padaku bahwa pisau itu menembus dadanya pada pukul 23:59:59. Yang artinya jika selama ini dia tidak pernah salah, kekacauan ini seharusnya berhenti. Tapi mengapa tidak? Hanya ada satu penjelasan. Antara kesalahan hitung atau kesalahan tafsir, yang pasti proses penetralan ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sejujurnya melakukan semua ini menurutku cukup gambling, mengingat tidak ada jaminan apa yang telah kami anggap benar itu memang benar. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain mempasrahkan diriku. Bila hidupku harus berakhir seperti ini, setidaknya kami sudah berusaha sekuat kami.

Alam kembali memainkan konsernya.

Semua yang tadi sempat terjadi – angin ribut, badai, petir, melayangnya benda-benda disekitar, serta lubang hitam – kemudian agak mereda, kembali terjadi dengan kekuatan yang masing-masing dilipatgandakan. Malahan sekarang terbentuk sebuah puting beliung raksasa yang bermuara dilubang hitam itu, yang bisa dikatakan sebagai penyempurna mekanisme penghancuran diri. Disaat inilah aku mulai merasakan keanehan yang ternyata juga dirasakan oleh Dennis. Ada yang kurang. Alih-alih menakutkanku, gejala-gejala mengerikan ini tidak sedikitpun meningkatkan ritme detak jantungku. Pertanyaan tersebut terjawab ketika puting beliung mulai mengangkat pohon yang menindih Dennis.

Semua ini tidak lagi berdampak pada kita. Berbagai pemandangan yang ada, ibarat hanya dihasilkan oleh sebuah proyektor film 4D besar dengan special effect yang dirancang sedemikian rupa, sehingga menampilkan realitas yang luar biasa. Pakaian kami memang berkibar dan kami masih merasakan dahsyatnya angin itu, namun selebihnya tidak ada pengaruh apapun lagi. Kami tidak tersedot kedalam puting beliung. Itu yang penting. Senyum yang sempat hilang itu kini kembali disertai kelegaan dan kegembiraan yang amat sangat. Kami telah berhasil menghapus mantra itu tepat pada waktunya. Aku mengepalkan tangan ke arah Dennis tanda kemenangan yang ia sambut dengan melakukan hal yang sama. Selain kami, semuanya terhisap ke dalam puting beliung lalu ke lubang hitam bagaikan melihat pengurus rumah tangga membersihkan debu menggunakan vacum cleaner.

“Ohya, dimana kakek? Kau lihat?” tanya Dennis yang langsung membekukan bibirku.

Kepalaku menoleh ke kanan-kiri mencari-carinya. Untung tidak lama sebelum inderaku menangkap kehadirannya. Ia berdiri tegak agak jauh didepanku, tersenyum sambil melambaikan tangan. Tak pelak, aku berlari ke arahnya dengan perasaan gembira yang meluap. Keinginanku untuk menjalani hari-hari yang damai bersama kakek dan nenek tanpa lagi dilingkupi oleh rasa penasaran tentang orangtuaku tercapai sudah. Aku akan menghabiskan sisa hidupku mengabdi kepada mereka berdua, membuat mereka bahagia karena tidak ada lagi yang dapat kulakukan untuk mereka.

Namun sebelum aku menghampirinya, aku berhenti. Kakek mengangkat tangan kanannya dan menunjukkan telapaknya padaku. Posenya seperti sedang menghentikanku. Apakah dia tidak ingin aku mendekat? Ada apa?

“Kakek? Kenapa, Kek?” tanyaku yang hanya dibalas senyuman.

Perubahan pada tubuh kakek membuatku terperanjat. Ia mengeluarkan sinar. Sekujur tubuhnya kini perlahan-lahan melayang dengan anggun tidak seperti benda lainnya yang bergerak secara liar oleh angin tersebut. Aku masih tidak dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi. Ini tidak ada didalam buku maupun cerita. Mungkinkah ada bagian yang terlewatkan? Hanya ekspresi kebimbangan yang kutampilkan.

“Rico cucuku… Jangan kaget.” Dia sekali lagi tersenyum lebar dengan maksud untuk menenangkanku. “Tidakkah kau ingat buku itu mengatakan bahwa, ‘Semua yang berhubungan langsung dengan mantra itu tidak selamat’? Kakek berhubungan langsung. Kakek ada ditempat ini ketika mantra itu dilemparkan oleh ayah kakek. Jadi suka tidak suka, kakek akan terseret nantinya.” Ujarnya sembari menatapku untuk yang terakhir kali.

“Kek.. tapi.. tapi.. pasti ada pengecualian, kan? Ti-tidak mungkin, pasti ada cara lain kan? Kakek bilang saja, nanti akan ku– “

“Tidak ada yang bisa kau perbuat, cucuku sayang. Tidak ada.”

“Tapi… aku sudah merencanakan untuk tinggal bersama kakek dan nenek! Menghabiskan masa mudaku menjadi pelayan atas kebahagiaan kalian! A-aku… aku mau membalas budi kalian berdua, khususnya kau, Kek… Aku ingin mengulang kembali perasaan masa-masa kecilku, dimana kita bersenang-senang saat kau mengajakku keliling sawah tanpa beban, tanpa masalah. Sedikitpun aku tidak akan rela kau pergi, Kek! Tolong, jangan pergi! Jangan tinggalkan aku dan nenek, Kek!”

Kakek sudah tidak lagi menjawab. Ia hanya tersenyum sembari menangis. Dorongan keras dari angin pada saat itupun bahkan tidak mampu menyapu air mataku yang mengalir deras. Air mata seorang anak desa sebatang kara yang harus kehilangan satu dari dua orang paling berharga dalam hidupnya. Satu dari dua orang anggota keluarga terakhir yang pernah ia ketahui.

Tubuh kakek terus melayang ke atas dan pada titik tertentu, ia berhenti melayang. Sinar yang dipancarkannya semakin kuat dan terang sehingga membuatku tidak dapat lagi membedakan aksesoris mukanya. Sejenak kemudian tubuhnya terpecah menjadi partikel-partikel kecil bagai kunang-kunang yang terbang dengan tenang melewati badai menuju pusat lubang hitam. Saat butiran partikel terakhir memasuki lubang hitam tersebut, kilatan petir yang menyambar semakin banyak dan akhirnya menimbulkan suatu cahaya membutakan disertai dentuman keras hingga membuatku lumayan terpelanting ke belakang.

Namun seketika hening. Sunyi senyap. Tak terdengar sedikitpun suara. Kala mataku sudah kembali bisa melihat, semua pusaran angin, lubang hitam, petir, puting beliung, dan yang menandakan bekas-bekas keberadaan desa tersebut hilang sama sekali. Kami kembali berada dihutan; yang tadinya portal untuk memasuki desa.

Tetesan air hujan mulai turun dari langit membasahi ragaku seakan prihatin atas kerapuhan jiwaku. Aku tentu masih akan terdiam dalam depresiku jika aku tidak dikagetkan oleh teriakan Dennis. “Rico! Lihat ke atas! Ada sesuatu yang melayang diatas sana!”

Teriakan itu direspon olehku dengan dongakan kepala.

Aku memang melihat sesuatu.

*****
®

Itu sebuah kertas. Entah darimana datangnya. Gerimis telah membuatnya jatuh tidak terlalu jauh dari raihan tanganku. Tanganku langsung menggapai-gapainya tak sabar. Tanpa melihatnya terlebih dahulu, aku menangkap kertas itu dan membopong Dennis untuk berteduh dibawah pohon agar basahnya kertas itu tidak semakin parah hingga rusak dan sulit dibaca.

Surat itu dari kakek.

Tanpa ragu dan banyak tanya aku langsung membacanya.

“Untuk cucuku tersayang, Rico Mangunpraja.

Beberapa hari lalu kakek mendengar ada tamu yang menyebabkanmu teringat kembali akan cerita kakek empat tahun silam. Maka, kakek memutuskan untuk ikut mendampingimu karena kakek ikut bertanggung jawab akan hal ini.

Sesampainya didesa ini, melihat kembali kampung kakek setelah sekian tahun lamanya, entah kenapa membuat kakek berpikir bahwa disinilah kakek berasal dan disinilah kakek akan berakhir. Kalau surat ini sampai ditanganmu dan kau baca, berarti perasaan kakek itu benar.

Kakek menulis surat ini ditengah persembunyian yang berpindah-pindah. Ditempat itupun kakek selalu mengawasimu, cucu kakek satu-satunya yang ternyata sudah beranjak dewasa. Kadang kakek teringat bagaimana kita saat kau kecil, bertiga dengan nenek, berjalan-jalan dan bersenang-senang tanpa beban dipematang sawah. Kakek bahkan masih ingat tawa riangmu saat kita berkejaran disana, sebelum akhirnya kau harus pergi meninggalkan kakek dan nenek sendirian dirumah kita. Tapi kami paham, kau merantau demi kebaikanmu sendiri. Dan apa yang baik buatmu, baik buat kami juga.

Semakin lama kakek berada disini, semakin kakek menyadari bahwa tidak banyak yang telah kakek berikan padamu. Yang ada malah perasaan bersalah kakek, ketika empat tahun lalu kau menangis waktu kakek harus menceritakan kebohongan kakek selama ini dan ketika melihat matamu yang berkilat-kilat saat mengetahui kemungkinan selamatnya orangtuamu. Kakek pikir lumrah kau begitu, sebab setiap anak memang harus tumbuh bersama orangtuanya, sedangkan kau tidak. Kau anak yang kuat, kakek tahu itu. Hingga kakek memutuskan untuk memberikan segalanya termasuk hidup kakek demi menyelamatkanmu. Lagipula, kakek sudah hidup terlalu lama. Kakek pun tidak akan sanggup bila harus hidup lebih lama menyaksikan orang-orang yang kakek sayang menua lalu mati meninggalkan kakek sendiri.

Sebenarnya kakek tidak ingin surat ini sampai dibaca olehmu.
Tapi bila ya… Maafkan kakek dan jaga nenek, ya?

Sungguh kakek masih ingin duduk disisi tempat tidurmu, mengelus rambutmu, menyaksikan engkau tersenyum terbuai di alam mimpi seperti dulu. Fufu… namun kelihatannya tidak akan terjadi, kan? Kakek menyesali hal itu, tapi tetap yakin inilah yang terbaik.

Rico cucuku… boleh kakek minta untuk kamu tidak melupakan kakek? Sebab air mata yang kini menggenang di mata kakek, yang hanya tinggal menunggu waktu untuk jatuh bercucuran mengotori kertas ini, adalah tanda kakek tidak akan pernah melupakanmu dan nenek. Harta kakek yang paling berharga. Nak, jadilah orang yang berguna dan membanggakan nenekmu sepeninggal kakek.

Mungkin… tidak banyak yang dapat kakek sampaikan disaat-saat terakhir kakek melihatmu. Mungkin kakek hanya bisa tersenyum pahit ketika bola mata kakek memandangmu dan memutar ulang kembali semua masa-masa bahagia kita bertiga. Kakek hanya berharap kau paham jika ini yang terbaik untuk kita.

Kakek pergi dulu, ya? Maaf kalau nanti kakek tidak bisa kembali untuk memelukmu.

Kakek sayang kamu.

Dari Kakek.


Aku tidak dapat berkata apa-apa. Bibirku bergetar dan tanganku berguncang hebat. Jangan ditanya masalah air mata. Ia sudah mengalir deras tanpa henti sejak membaca paragaraf kedua, membasahi surat tersebut lebih parah dari yang diakibatkan hujan. Aku tidak tahu harus apa sekarang. Aku hanya berharap seseorang menamparku dan membangunkanku dari mimpi buruk ini. Bangun, melihat kakek dan nenek menyambutku seperti yang biasa mereka lakukan tiap pagi dirumah. Menjalani kehidupan normal bersama dua orang yang begitu berarti dalam hidupku, itulah keinginanku. Seberapa sulitkah itu untuk dikabulkan? Memangnya salahku apa? Bila aku tak cepat disadarkan oleh tatapan Dennis yang mengiba melihatku, mungkin aku akan mulai menyalahkan Tuhan.

Pandanganku gelap. Hitam. Aku tidak melihat apapun lagi.

*****

Dari sikap Rico saat membaca kertas itu aku bisa tahu kalau itu dari kakeknya.

Hiasan langit yang berhamburan seolah hadir menemani kegundahan Rico. Kesedihan yang kurasakan lantaran menemui Andri telah berkhianat, tidak seberapa dibanding kesedihan yang ia rasakan. Tidak hanya harus menghadapi kenyataan orangtuanya telah meninggal, kakeknya pun tiada. Aku tidak ingin mengusiknya dulu.

Ia butuh waktu untuk sendiri.

Saat ia akhirnya pingsan, awalnya aku cukup kaget mengenai apa yang terjadi padanya. Lalu kemudian aku merasa wajar. Aku yakin ia sangat kelelahan, baik fisik maupun mental. Karena kakiku patah, aku tidak bisa membawanya sendiri pulang. Hanya menunggu pagi hingga ada seseorang yang lewat. Dari kejauhan aku mendengar suara petasan tanda merayakan datangnya tahun dan millenium baru. Bagiku dan Rico, sungguh cara yang menyayat hati menyambutnya.

Ikatan yang kuat antara Rico dengan kakeknya membuatku malu. Teringat bahwa aku tidak begitu dekat dengan orangtuaku, sebuah hal yang ternyata begitu pantas untuk kusyukuri. Sama halnya dengan Andri, kini aku paham mengapa aku begitu getol mencarinya. Sejak kecil aku begitu tertutup, sering menyibukkan diri tanpa peduli lingkungan luar sehingga tidak banyak yang mau berteman denganku. Tumbuh dewasa, sifatku tidak berubah dan diperparah dengan hilangnya Andri. Aku jadi begitu menggilai pekerjaan. Setidaknya hingga sekarang. Aku akan berubah. Dari Rico aku mempelajari sesuatu yang sangat berharga.

Bahwasanya ada sebuah kata yang begitu berarti didunia ini.

Yang mana ia lebih luas dari langit,

Lebih dalam dari samudra, serta lebih rumit dari fisika.

Terkadang ia bisa lebih kuat dari baja, namun terkadang lebih rapuh dari embun pagi.

Itulah persahabatan.

Dan satu hal yang lebih sulit dibanding mengikatnya,

Adalah mempertahankannya.

Persahabatan. Sungguh perasaan yang manis.

Kini aku tidak sendirian lagi…

-----------------------------------------------------------------------------

THE END

The End of Chapter Three, Final Chapter – “The Eternal Path”.

But the start of a new life…

Created by: Amadeo D. Basfiansa